Majalengka, Netral.co.id – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyatakan sikap hormat terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menaikkan tarif impor dari sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Menurut Prabowo, kebijakan tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah AS terhadap kesejahteraan rakyatnya.
“Kita harus bersikap resiprokal. Jadi apa yang mereka minta, kalau masuk akal, wajib juga kita hormati,” ujar Prabowo saat menghadiri acara Panen Raya Padi Serentak di 14 provinsi di Kabupaten Majalengka, Senin 7 April 2025.
Baca Juga: Kanada Balas Kebijakan Tarif Impor AS dengan Tarif Setara 25 Persen
Ia menegaskan bahwa langkah Trump menaikkan tarif bukan dilakukan tanpa alasan. Sebagai pemimpin, Trump dinilai tengah mengupayakan yang terbaik untuk negaranya, hal yang juga harus dilakukan oleh pemimpin Indonesia.
“Pemimpin Amerika memikirkan kepentingan rakyatnya. Kita juga harus memikirkan kepentingan rakyat kita,” katanya.
Kebijakan tarif baru AS diumumkan pada Rabu (2/4/2025), di mana Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara yang terdampak, dengan tarif tambahan sebesar 32 persen.
Baca Juga: 50.000 Karyawan Terancam PHK Akibat Kebijakan Presiden Trump
Secara keseluruhan, sekitar 60 negara dikenai tarif timbal balik oleh AS, termasuk Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand.
Meski kebijakan ini bisa menekan ekspor Indonesia, Prabowo menegaskan pentingnya sikap optimistis dan kepercayaan pada kekuatan nasional. Ia meminta seluruh pihak untuk tidak terjebak pada pesimisme dan kekhawatiran berlebih.
“Kalau pun ada tantangan, kita hadapi dengan gagah dan tegar. Mungkin akan ada masa sulit, tapi saya yakin kita akan bangkit dan tumbuh lebih kuat,” ujar Presiden.
Baca Juga: Trump Tetapkan Kebijakan Tarif Timbal Balik ke Indonesia, Ini Imbasnya
Kebijakan tarif universal AS mulai berlaku sejak Sabtu (5/4/2025), sementara tarif timbal balik akan diberlakukan mulai Rabu (9/4/2025).
Pemerintah AS menyatakan dana dari tarif ini akan digunakan untuk menurunkan pajak domestik dan membayar utang nasional.
Comment