Netral.co.id, – Terjadi kerusuhan pasca insiden pembunuhan seorang remaja oleh polisi Perancis di negara tersebut. Kerusuhan terus berlanjut sampai malam ketiga.
Diketahui lebih dari 660 orang ditangkap aparat, imbas dari berbagai aksi protes yang disertai kekerasan oleh para pendemo di seantero negeri, pada Kamis (29/6/2023) waktu setempat.
“Tadi malam, polisi, gendarmes (polisi yang berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan Prancis–red), dan petugas pemadam kebakaran kami dengan berani menghadapi kekerasan yang jarang terjadi. Mengikuti instruksi saya untuk mengambil tindakan tegas. Ada 667 penangkapan yang dilakukan,” tulis Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, di akun Twitter, dikutip pada Jumat (30/6/2023).
Sebelumnya, seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Nahel tewas di Nanterre, di pinggiran Paris, karena ditembak polisi, pada Selasa (27/6/2023).
Dilansir dari media setempat, bocah itu mengendarai mobil sewaan dan melanggar beberapa peraturan lalu lintas. Insiden itu memicu demonstrasi massal di seluruh Prancis.
Otoritas Prancis meminta para pendemo untuk tetap tenang, ia melanjutkan jika insiden itu akan diselidiki dengan adil dan cermat.
Terkait kerusuhan di Perancis, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan jika penembakan itu tidak dapat dimaafkan. Sementara, Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Borne juga menyampaikan, tindakan petugas polisi itu sudah di luar batas.
Kerusuhan pun pecah di sejumlah wilayah Prancis, menyusul aksi unjuk rasa atas kematian remaja itu.
Kerusuhan itu terlihat antara polisi dan pengunjuk rasa yang terjadi di Kota Lille di utara dan di Kota Toulouse di barat daya Prancis.
Menurut seorang juru bicara polisi, bentrokan antara keduanya terjadi di Amiens, Dijon, dan Essonne di selatan Paris, Kemarin, media Prancis melaporkan insiden di banyak lokasi lain di seluruh wilayah Paris Raya.
Dalam videonya, menunjukkan puluhan kembang api diarahkan ke Balai Kota Montreuil, di tepi timur Paris.
Comment