Waspada COVID-19, Ahli Tegaskan Pentingnya Surveilans dan Vaksinasi Rutin

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan bahwa kasus COVID-19 masih terus terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Lonjakan di negara-negara tetangga, kata dia, mencerminkan keberhasilan sistem surveilans ketat dan pelaporan real-time, seperti yang diterapkan di Malaysia melalui UU Penyakit Menular 1988.

Ilustrasi Covid-19. (Foto: Kemenkes)

Jakarta, Netral.co.id Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan bahwa kasus COVID-19 masih terus terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Lonjakan di negara-negara tetangga, kata dia, mencerminkan keberhasilan sistem surveilans ketat dan pelaporan real-time, seperti yang diterapkan di Malaysia melalui UU Penyakit Menular 1988.

“Surveilans adalah tulang punggung pengendalian penyakit menular. Deteksi dini dan respons cepat hanya bisa terjadi kalau sistem pemantauan berjalan baik,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (24/5/2025).

Varian Baru Mengintai

Prof. Tjandra mengungkapkan, subvarian Omicron masih mendominasi di kawasan Asia Tenggara. Di Singapura, varian JN.1 dan turunannya seperti LF.7 serta NB.1.8 masih mendominasi. Sementara di Thailand, muncul varian XEC, varian rekombinan dari KS.1.1 (FLiRT) dan KP.3.3 (FLuQE) yang pertama kali terdeteksi di Jerman pada Juni 2024.

“XEC lebih mudah menular dan sudah ditemukan di setidaknya 15 negara. Namun, belum ada laporan keberadaannya di Indonesia,” jelasnya.

Vaksinasi Masih Penting

Ia menekankan pentingnya vaksinasi ulang COVID-19 setiap satu tahun sekali, meski saat ini belum terjadi lonjakan besar. Ia mencontohkan, di New York, vaksin COVID-19 tetap tersedia di toko farmasi besar seperti CVS, sebagai bentuk kesiapsiagaan.

Langkah yang Harus Diambil Pemerintah

Prof. Tjandra merekomendasikan agar pemerintah:

Meningkatkan surveilans epidemiologik dan genomik secara nasional.

Memantau tren varian di negara tetangga lewat kerja sama dengan ASEAN dan WHO.

Tidak perlu menerapkan pembatasan perjalanan antarnegara, namun tetap waspada dan siap jika situasi berubah.

“Kita belum perlu pembatasan perjalanan, tapi kewaspadaan tetap mutlak,” tegasnya.

COVID-19 belum usai. Surveilans yang kuat dan kesadaran masyarakat terhadap vaksinasi tetap menjadi kunci dalam menghadapi potensi lonjakan di masa depan.

Comment