Pimpinan Muda Kelompok Islam Sejati Ungkap Ajaran Sesat

IMG 20250430 141424

Ketapang, Netral.co.id — Setelah menjadi sorotan dalam dugaan penyebaran ajaran sesat, Alan Kurniawan, sosok yang disebut sebagai pimpinan kelompok ‘Islam Sejati‘ di Desa Sandai Kiri, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, akhirnya memberikan penjelasan langsung dalam forum mediasi bersama berbagai pihak.

Mediasi yang digelar pada Selasa 29 April 2025 di Kantor Camat Sandai dihadiri oleh jajaran TNI-Polri, Camat Sandai, perwakilan Kementerian Agama Ketapang, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ketapang dan Sandai, Tim Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM), Kesbangpol, serta tokoh agama.

Alan, pemuda berusia 18 tahun yang disebut sebagai tokoh utama dalam isu ini, membantah semua tuduhan menyebarkan ajaran yang menyimpang dari akidah Islam.

Ia menegaskan bahwa yang disampaikannya hanyalah cerita pengalaman spiritual yang ia alami secara pribadi dalam mimpi.

“Saya tidak pernah mengajarkan atau menyebarkan ajaran apa pun. Saya hanya berbagi cerita tentang apa yang saya alami dalam mimpi,” ujar Alan di hadapan peserta mediasi.

Baca Juga : Ajaran Sesat di Kalimantan Gantikan Ibadah Haji dengan Ziarah Lokal

Surat Pernyataan Sikap MUI Sandai, bernomor 01/04/MUI/-SDI/25, sebelumnya menyebut bahwa Alan menyampaikan pandangan yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti tidak mewajibkan salat fardu dan menyebut ziarah ke Makam Tanjungpura sebagai bentuk ibadah haji.

Terkait hal itu, Alan membantah. Ia menyebut pernyataan tersebut merupakan interpretasi atas cerita mimpi, bukan ajaran yang ia yakini atau sampaikan sebagai kebenaran.

“Saya sendiri belum paham sepenuhnya soal hal-hal yang saya ceritakan itu. Semua berasal dari pengalaman mimpi saya, dan saya pun masih bertanya-tanya tentang maknanya,” ucap Alan.

Ia juga menjelaskan bahwa kehadirannya di Sandai hanya untuk menghadiri acara doa selamatan yang digelar oleh ayah angkatnya, dan bukan dalam rangka menggelar pengajian atau menyampaikan ceramah keagamaan.

“Dalam tradisi kami, berkumpul pasti diselingi cerita. Saya hanya berbagi cerita seperti yang biasa dilakukan di kampung. Tidak ada niat untuk mengajarkan atau memengaruhi,” tambahnya.

Baca Juga : OSIS Al Fikri Makassar Undang Alumni Sharing Session di Acara DEPUBS

Alan mengaku terkejut dengan munculnya isu dan video yang menudingnya menyebarkan ajaran sesat. Menurutnya, perbincangan tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga dan pertemanan, bukan di ruang publik.

“Kalau ternyata cerita saya menimbulkan salah paham, saya minta maaf. Tidak ada maksud untuk menyebarkan ajaran atau merasa paling benar. Saya hanya sedang mencari kebenaran dari pengalaman saya sendiri,” ujarnya.

Kasus ini menyoroti pentingnya literasi spiritual dan pendekatan dialog dalam menangani isu-isu keagamaan di masyarakat.

Meskipun Alan membantah menyebarkan ajaran menyimpang, kehadiran sejumlah tokoh lembaga resmi dalam mediasi menunjukkan bahwa pemerintah dan tokoh agama memandang serius setiap potensi penyimpangan.

Namun demikian, pendekatan persuasif dan edukatif menjadi kunci dalam meredam konflik yang berakar dari perbedaan persepsi atas pengalaman spiritual pribadi.

Kasus ini bisa menjadi bahan refleksi bersama bahwa tidak semua pengalaman spiritual bersifat universal, dan bahwa kehati-hatian dalam menyampaikan hal-hal sensitif adalah bagian dari tanggung jawab sosial setiap individu.

Comment