Semarang, Netral.co.id – Pendeta Agus Sutikno, yang dikenal dengan penampilannya yang nyentrik, berhasil mencuri perhatian publik berkat aksi kemanusiaannya.
Tanpa bantuan pemerintah, ia telah menyekolahkan hampir 200 anak hingga jenjang perguruan tinggi.
Agus Sutikno merupakan pendiri Yayasan Hati Bagi Bangsa, yang berdiri sejak 2015 di Jalan Manggis II, Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Melalui yayasan ini, ia berkomitmen untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan, tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau kepercayaan.
“Saya sudah menyekolahkan hampir 200 anak tanpa bantuan pemerintah. Bagi saya, penampilan tidak penting, yang utama adalah bagaimana kita bisa bermanfaat bagi orang lain,” ujar Agus belum lama ini.
Agus menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan harus diperjuangkan di atas segala perbedaan. Baginya, aksi nyata lebih penting daripada sekadar ritual keagamaan.
“Pada dasarnya, yayasan ini milik Tuhan. Saya hanya sebagai hambanya saja,” tambahnya.
Meski kerap mendapat stigma negatif karena tato di tubuhnya, Agus memilih untuk tetap fokus pada misinya.
Ia mengungkapkan bahwa tato tersebut sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sebelum ia mendalami ajaran agama.
“Tato ini sudah ada jauh sebelum saya mengenal Tuhan, saat saya masih nakal,” katanya.
Agus yang secara resmi merupakan pemuka agama Kristen di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Jawa Tengah, mengaku tidak suka dipanggil pendeta.
Ia menilai agama sering kali menjadi sumber konflik, sehingga ia lebih memilih untuk menekankan aksi kemanusiaan.
“Yang bisa menyatukan perbedaan adalah kemanusiaan. Maka, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan,” tegasnya.
Melalui yayasannya, Agus berharap dapat terus membantu lebih banyak anak mengenyam pendidikan.
“Prinsip saya, jangan mati sebelum berguna. Apa pun yang kamu percayai, hidupmu harus bermanfaat bagi orang lain,” pungkasnya.
Comment