Mengapa Gedung di Bali Tidak Boleh Lebih Tinggi dari Pohon Kelapa?

Ilustrasi gedung gedung dengan pohon kelapa di Bali

Ilustrasi gedung gedung dengan pohon kelapa di Bali. (Foto: Netral.co.id/FR).

Netral.co.id, Bali – Provinsi Bali dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya. Salah satu falsafah yang masih dipertahankan oleh masyarakat Bali adalah ketinggian bangunan yang tidak boleh melebihi ketinggian pohon kelapa.

Falsafah ini berdasarkan pada filosofi Tri Hita Karana, yang merupakan konsep hidup masyarakat Bali untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dengan alam dan lingkungan sekitar. Tri Hita Karana terdiri dari tiga aspek, yaitu:

  1. Parhyangan: hubungan manusia dengan Tuhan
  2. Pawongan: hubungan manusia dengan sesama
  3. Palemahan: hubungan manusia dengan alam

Dalam konteks Palemahan, masyarakat Bali percaya bahwa ketinggian bangunan yang melebihi ketinggian pohon kelapa dapat mengganggu keseimbangan alam dan lingkungan.

Pohon kelapa dianggap sebagai simbol kehidupan dan keselarasan dengan alam.

“Kita harus menjaga keseimbangan dengan alam dan lingkungan. Falsafah ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali selama ratusan tahun,” kata Gubernur Bali.

Falsafah ini telah berdampak positif pada kelestarian lingkungan dan keindahan alam Bali.

Selain itu, falsafah ini juga telah menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengalami kebudayaan dan keindahan alam Bali.

Asal-Usul Falsafah

Falsafah ini berakar dari kepercayaan masyarakat Bali bahwa pohon kelapa memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Pohon kelapa dianggap sebagai simbol kehidupan, kesuburan, dan keselarasan dengan alam.

Implementasi Falsafah

Untuk menerapkan falsafah ini, Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan peraturan yang mengatur ketinggian bangunan.

Peraturan ini menentukan bahwa ketinggian bangunan tidak boleh melebihi 15 meter, yang merupakan ketinggian rata-rata pohon kelapa di Bali.

Dampak Positif

Falsafah ini telah berdampak positif pada kelestarian lingkungan dan keindahan alam Bali.

Selain itu, falsafah ini juga telah menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengalami kebudayaan dan keindahan alam Bali.

Tantangan dan Solusi

Meskipun falsafah ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali, namun masih ada beberapa tantangan yang dihadapi.

Salah satu tantangan adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan akan infrastruktur dan kebutuhan akan pelestarian lingkungan.

Solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan dan mendesain bangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.

Kesimpulan

Falsafah Bali terkait dengan ketinggian bangunan adalah contoh dari bagaimana kebudayaan dan kepercayaan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Falsafah ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali dan telah berdampak positif pada kelestarian lingkungan dan keindahan alam Bali.

Sumber:
Pemerintah Provinsi Bali
Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Masyarakat Adat Bali

Comment