Netral.co.id, Wajo, – Ketua tim PKM-PM, Muhamad Faidil, mengatakan bahwa pengembangan inovasi tersebut bermula dari kebutuhan Desa Tellulimpoe akan infrastruktur jalan pedestrian untuk petani.
Dengan hamparan persawahan yang luas, produksi hasil pertanian di desa tersebut sangat berlimpah. Sayangnya, kondisi akses jalan pedestrian di desa tersebut tidak layak, terutama saat musim hujan tiba.
“Jalan pedestrian untuk menunjang aktivitas para petani sangat minim. Saat hujan tiba jalanan becek dan sangat membahayakan bagi masyarakat pengguna jalan,” kata Faidil,
Menurut Faidil, sejak lama masyarakat Desa Tellulimpoe sudah menantikan adanya jalan pedestrian yang layak untuk mendukung aktivitas warga utamanya petani.
“Dari salah satu organisasi yang bergerak di bidang sosial di Desa Tellulimpoe, yaitu Wija Tosora kami mendapat informasi bahwa warga desa membutuhkan jalan pedestrian,” tambah Faidil.
Sayangnya, pembangunan jalan pedestrian dari beton yang umum digunakan selama ini relatif membutuhkan biaya yang lebih mahal, utamanya terkait dengan penggunaan besi sebagai rangka atau tulangan.
“Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala biaya yang relatif mahal tersebut, maka kami mencoba untuk mencari material tulangan alternatif menggunakan bilah bambu,” kata Faidil, kepada awak media, Senin, 26 Febuari 2024.
Penggunaan bilah bambu sebagai alternatif material pengganti baja tulangan sangat memungkinkan. Terlebih Desa Tellulimpoe memiliki potensi pohon bambu yang cukup melimpah sehingga penggunaan bambu sangat mudah didapatkan dengan harga yang cenderung murah.
“Dari sejumlah riset yang sudah dilakukan, ternyata bambu dapat digunakan sebagai pengganti baja tulangan,” terang Faidil.
Untuk mengatasi permasalahan mitra tersebut, tim PKM-PM bersama mitra Wija Tosora kemudian mengaplikasikan Beton Bertulangan Bilah Bambu pada Jalan Pedestrian di Desa Tellulimpoe.
Menurut Faidil, proses pembuatan bambu sebagai pengganti tulangan dari baja cukup sederhana, yakni dimulai dari proses pembuatan bilah-bilah bambu. Bilah bantu tersebut kemudian direndam dengan larutan dari boraks selama tiga hari.
“Setelah direndam bilah bambu kemudian diberi pelapis cat waterproof,” kata Faidil.
Selebihnya, bilah-bilah bambu tersebut sudah bisa digunakan sebagai pengganti besi tulangan. Selain bisa lebih hemat, penggunaan bambu sebagai pengganti baja tulangan juga lebih ramah lingkungan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang layanan PNUP dapat mengunjungi link atau klik www.poliupg.ac.id
Comment