Kini Giliran Komandan Marinir Kecam Jokowi Sebagai Musuh Bersama

Suasana politik tanah air kembali memanas setelah pernyataan tajam Letjen TNI (Purn) Suharto dalam dialog bertema “Purnawirawan TNI Bergerak, Wapres Gibran Digertak”

Mantan Presiden RI ke-7, Joko Widodo. (Foto:dok)

Jakarta, Netral.co.id – Suasana politik tanah air kembali memanas setelah pernyataan tajam Letjen TNI (Purn) Suharto dalam dialog bertema “Purnawirawan TNI Bergerak, Wapres Gibran Digertak”

Mantan Komandan Korps Marinir itu menyampaikan ketidaksenangannya terhadap Presiden RI Ke-7 Joko Widodo (Jokowi) secara terbuka. Ia bahkan menyebut Jokowi sebagai “musuh bersama” di kalangan purnawirawan TNI.

“Kami ini tentara, sudah sampai pada titik menentukan mana kawan, mana lawan. Dan terus terang, saya tak mau lagi dicekoki dengan nama Jokowi,” tegas Suharto, Kamis 8 Mei 2025.

Baca Juga: Mahfud MD Sebut Pemakzulan Wapres Gibran Memenuhi Syarat Hukum

Lebih lanjut, Suharto menegaskan bahwa para purnawirawan telah mengambil sikap tegas terhadap Jokowi. “Sudah jadi kesimpulan bersama, Jokowi itu lawan. Mau dinilai apa pun, terserah. Buat kami, dia adalah common enemy,” tegasnya.

Pernyataannya tak berhenti di situ. Suharto juga mengkritik naiknya Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden terpilih. Ia menyebut posisi Gibran sebagai bentuk “cawe-cawe lanjutan” dari Jokowi yang bisa berdampak buruk bagi stabilitas negara.

“Saya khawatir dengan anaknya yang ditaruh di sana. Bisa saja ada intervensi politik berikutnya,” ungkapnya.

Baca Juga: Jenderal Dudung Soroti Tuntutan Pemakzulan Wapres Gibran

Lebih serius lagi, Suharto menyuarakan kekhawatiran soal potensi adanya kudeta diam-diam terhadap Presiden terpilih Prabowo Subianto.

“Dalam dunia militer, kita dilatih berpikir dari skenario terburuk. Kalau itu benar terjadi, kami siap berdiri paling depan untuk membela Prabowo,” tandasnya dengan nada tegas.

Pernyataan ini menandai gelombang baru ketegangan antara kelompok purnawirawan dengan lingkaran kekuasaan Jokowi, menjelang transisi kepemimpinan nasional.

Comment