Indonesia Gelap: Warga Indonesia di Jerman dan Australia Kritik Pemerintahan Prabowo

Mereka memprotes meningkatnya militerisme di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto serta berbagai kebijakan yang dinilai membatasi kebebasan sipil.

Warga negara Indonesia di Jerman dan Australia menggelar aksi demonstrasi bertajuk "Indonesia Gelap". (foto:dok)

Berlin, Netral.co.idWarga negara Indonesia di Jerman dan Australia menggelar aksi demonstrasi bertajuk “Indonesia Gelap” pada Sabtu (1/3/2025).

Mereka memprotes meningkatnya militerisme di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto serta berbagai kebijakan yang dinilai membatasi kebebasan sipil.

Demonstrasi ini melibatkan mahasiswa, dosen, seniman, dan masyarakat umum yang tinggal di kedua negara.

Mereka menyebut aksi ini sebagai bentuk solidaritas global dan upaya memberikan tekanan internasional terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran.

Aksi di Berlin: Unjuk Rasa di Tengah Musim Dingin

Di Berlin, para demonstran yang mengenakan jaket tebal karena musim dingin membentangkan spanduk besar berwarna hitam dengan tulisan “Indonesia Gelap”. Aksi berlangsung di sekitar Gerbang Brandenburg (Brandenburger Tor) pada siang hari.

Berbagai poster protes mereka antara lain bertuliskan “Polisi untuk Melindungi, Bukan Alat Represi”, “Setop Militerisme”, serta “Jangan Kriminalisasi Kebebasan Berpendapat”.

Mereka menyoroti isu-isu seperti penempatan purnawirawan TNI dalam kabinet, keterlibatan militer dalam program food estate di Papua dan Makan Bergizi Gratis, serta meningkatnya peran kepolisian dalam politik dan bisnis.

Demonstran juga mengecam pemborosan anggaran akibat kabinet yang dinilai terlalu besar, serta dampak kebijakan pemerintah terhadap lingkungan.

Selain itu, mereka memprotes pembatasan kebebasan berekspresi, seperti penarikan lagu punk “Bayar, Bayar, Bayar” dari Sukatani, pelarangan teater “Wawancara dengan Mulyono”, dan pameran lukisan Yos Suprapto.

Herlambang Bayu Aji, salah satu demonstran, menyatakan bahwa diaspora Indonesia menuntut pembatalan kebijakan multifungsi TNI-Polri, serta revisi aturan yang mengancam kebebasan sipil.

“Demonstrasi ini bukan hanya diikuti oleh warga Berlin, tetapi juga dari berbagai wilayah di Jerman. Solidaritas terus menguat,” ujarnya.

Demonstrasi di Melbourne: Kritik terhadap Kemunduran Demokrasi

Sementara itu, di Melbourne, Australia, aksi protes digelar di depan State Library Victoria dari pukul 15.00 hingga 17.00 waktu setempat.

Demonstran menyuarakan tiga isu utama: kemunduran demokrasi, kembalinya militerisme, dan ketimpangan ekonomi.

Mereka menyampaikan orasi, membaca puisi, menyanyikan lagu protes, serta membawa poster dengan pesan perlawanan terhadap otoritarianisme dan eksploitasi di Indonesia.

“Tujuan kami adalah membangun kesadaran di kalangan warga Indonesia, agar mereka dapat mengorganisasi perlawanan terhadap kebijakan yang menindas,” ujar Ulya Niami Jamson, koordinator aksi di Melbourne.

Para demonstran juga mendesak pemerintah agar mengevaluasi berbagai kebijakan kontroversial, seperti Proyek Strategis Nasional, Makan Bergizi Gratis, serta pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Mereka menegaskan bahwa diaspora Indonesia di berbagai negara tidak akan tinggal diam melihat situasi di tanah air.

Comment