Kementan Andi Amran Alihkan Anggaran Non-Essensial ke Produksi Pangan

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. (Foto: Dok Istimewa).

Netral.co.id, Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa kebijakan refocusing anggaran yang diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) pada 2024 mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 17 triliun bagi sektor produksi pangan nasional.

Menurut Amran, anggaran yang dialihkan berasal dari pos perjalanan dinas, seminar, serta berbagai pengeluaran lain yang dianggap tidak mendesak. Dana hasil penghematan tersebut kemudian dialokasikan untuk pengadaan benih, pompa, dan alat mesin pertanian (Alsintan) guna mendukung produksi pangan strategis seperti jagung dan beras.

“Kami melakukan refocusing anggaran dari berbagai belanja yang tidak mendesak, seperti perjalanan dinas, renovasi kantor, dan seminar. Anggaran ini kemudian dialihkan untuk sektor produktif. Dengan pemangkasan Rp 1,7 triliun, dampaknya mampu menghasilkan nilai tambah hingga Rp 17 triliun bagi sektor pertanian,” ujar Amran dalam acara di Hotel The Westin, Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Kebijakan ini juga dilakukan sebagai langkah mitigasi menghadapi dampak kekeringan akibat fenomena El Niño yang terjadi sepanjang 2024. Melalui optimalisasi pemanfaatan pompa air dan Alsintan, indeks pertanaman (IP) di sejumlah daerah yang sebelumnya hanya satu kali dalam setahun dapat meningkat menjadi dua hingga tiga kali.

Baca Juga : Jejak Prestasi Mentan Andi Amran Dari Bangku Kuliah ke Penghargaan Dunia

“Kami fokuskan penyediaan pompa di wilayah Jawa karena memiliki potensi besar. Dengan pemanfaatan teknologi ini, sekitar 500.000 hingga 700.000 hektare sawah yang sebelumnya hanya bisa ditanami sekali dalam setahun kini bisa mencapai tiga kali tanam,” jelasnya.

Kebijakan ini terbukti efektif, terlihat dari keberhasilan Indonesia mengekspor 50.000 ton jagung pada Mei 2024 serta peningkatan produksi beras sebesar 1,49 juta ton pada periode Agustus–Desember 2024. Capaian tersebut turut memberikan nilai tambah ekonomi hingga Rp 17,89 triliun.

“Alhamdulillah, refocusing anggaran ini memberikan dampak positif. Di tengah tantangan El Niño dan La Niña, produksi pangan justru mencapai angka tertinggi dalam lima hingga sepuluh tahun terakhir. Data ini sudah dikonfirmasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga tidak bisa lagi diperdebatkan,” tegas Amran.

Dengan strategi pengalokasian anggaran yang lebih fokus pada sektor produktif, Kementan optimistis ketahanan pangan nasional dapat terus diperkuat guna menghadapi tantangan di masa mendatang.

Comment