Netral.co.id, Enrekang, – Penjabat Gubernur Provinsi Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh mengajak stakeholder sama-sama promosikan kopi Latimojong yang merupakan kopi khas Kabupaten Enrekang sudah legendaris soal cita rasanya.
Bahkan, Prof Zudan mengajak stakeholder promosikan Kopi Latimojong Enrekang ini sampai di mancanegara. Karena kopi Latimojong betul-betul enak dan nikmat.
“Kopi Latimojong ini enak banget ini perlu di promosikan sampai ke ujung dunia ini. Ini betul-betul enak kopi Latimojong nya Enrekang,” ajak Prof Zudan sambil serup kopi khas Latimojong Enrekang, di Lapangan Batili Enrekang, Rabu, 27 November 2024.
Kopi tersebut berasal dari Kecamatan Latimojong merupakan salah satu daerah di kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang memiliki tanah subur di atas ketinggian 1.500 meter dari permukan laut.
Baca Juga :Â Cek Kesiapan Pilkada Serentak, Prof Zudan PJ Gub Dan Kapolda Sulsel Tinjau 5 Kab Kota
Pegunungan Latimojong yang membentang di Kabupaten Luwu, hingga Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidenreng Rappang, memiliki pesona alam tak kalah indah dengan daerah lain di Indonesia.
Kecamatan Latimojong menjadi penghasil kopi jenis Arabika terbesar di kabupaten Luwu dengan luas perkebunan rakyat diatas 500 hektar. Tidak banyak orang tahu jika Latimojong merupakan daerah penghasil kopi nikmat.
Tanaman kopi dibudidayakan petani umumnya di Kecamatan Latimojong salah satunya di Desa Pajang. Desa Pajang, ditempuh dengan jarak 30 kilometer dengan waktu tempuh hingga 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor menyusuri jalan tanah dan jalan rabat serta mendaki dan menuruni jalan pegunungan.
Baca Juga :Â Ketua Dekopin Sulsel Apresiasi Komitmen Pj Gubernur Prof Zudan Terhadap Gerakan Koperasi
Di desa Pajang, tanaman kopi tumbuh subur di atas ketinggian 700 meter hingga 1.500 meter dari permukaan laut (Mdpl) tanpa pemupukan, dengan curah hujan rata-rata 2.000 milimeter per tahun.
Tanaman kopi di desa ini sudah dikenal warga sejak jaman kolonial Belanda. Kendala produksi Luas kebun Kopi di desa Pajang mencapai 50 hektar dengan rata-rata jumlah produksi kopi per tahun perpetani hanya 400 liter, jumlah ini dinilai terbilang rendah karena kurangnya pemberdayaan petani dalam hal mengelola kopi. (*)
Comment