PNUP Dorong Inovasi Rumah Pengering Hybrid untuk Budidaya Rumput Laut di Maros

Netral.co.id

Rumah pengering rumput laut. (Foto: Dok Ist).

Netral.co.id, Makassar – Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) mendukung penerapan teknologi rumah pengering rumput laut berbasis hybrid bagi kelompok tani di Dusun Pandanga, Desa Tupabiring, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Wilayah ini dikenal sebagai sentra budidaya rumput laut, selain mengandalkan sektor pertanian dan perikanan sebagai mata pencaharian utama.

Pendampingan tersebut dipimpin oleh tim ahli PNUP, yaitu Muhammad Anshar, Abd. Hamid, Tri Susilo Wirawan, Muh. Fajrulmubarak Anshar, Fachrul Hidayat, dan Makhrani. Menurut kelompok mitra, budidaya rumput laut memberikan hasil ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan penangkapan ikan, sehingga masyarakat setempat cenderung beralih ke sektor ini.

Budidaya rumput laut telah menjadi tradisi turun-temurun di dusun ini, namun baru menunjukkan perkembangan pesat dalam lima tahun terakhir. Analisis PNUP menunjukkan bahwa tambak seluas 6,5 hektar yang dimiliki kelompok mitra memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena lokasinya strategis di tepi jalan poros kecamatan.

Baca Juga : Lulusan Perdana D4 TRKB PNUP Raih Prestasi Gemilang

Sebelumnya, tambak ini digunakan untuk budidaya ikan bandeng dan udang, namun tingginya biaya operasional dan risiko kegagalan menyebabkan peralihan ke rumput laut. Budidaya rumput laut dinilai lebih ekonomis karena prosesnya sederhana, panen lebih cepat (hanya 20–30 hari), serta pemasaran yang mudah dengan pembeli langsung datang ke lokasi setelah pengeringan.

Proses pengeringan secara tradisional memakan waktu 2–3 hari, dengan hasil produksi per hektare mencapai 1,5–1,6 ton per panen. Dalam satu bulan, kelompok tani dapat memanen hingga enam kali, menghasilkan sekitar 7,5–9,5 ton rumput laut basah, setara 3,5–4,5 ton rumput laut kering.

Netral.co.id
Gambaran Iptek rumah pengering energi surya system hybrid yang dterapkan pada Kelompok Tani Usaha Rumput Laut. (Foto: Netral.co.id/FR).

Pendapatan rata-rata kelompok tani per bulan mencapai Rp 12–14 juta dengan harga jual Rp 3.500 per kilogram. Namun, pendapatan per pekerja yang rata-rata lulusan SMP dan SMA masih rendah, berkisar Rp 2–2,5 juta per bulan.

Beberapa kendala yang dihadapi adalah keterbatasan tempat pengeringan. Proses pengeringan sering dilakukan di pinggir jalan, mengganggu lalu lintas serta rentan terhadap kontaminasi debu dan kotoran. Kapasitas penjemuran pun terbatas, hanya sekitar 500–600 kg rumput laut basah per siklus.

Baca Juga : Diwisuda Ke-39 PNUP Berhasil Luluskan 730 Alumni Siap Terjun Lapangan

Pendampingan PNUP bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menyediakan solusi berupa rumah pengering hybrid yang lebih efisien dan higienis, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan pendapatan kelompok tani.

Alat tersebut dapat mengeringkan rumput laut sebanyak 150 kg dalam waktu 7 jam lebih cepat 2 jam dari pada pengeringan dengan penjemuran matahari langsung di tempat terbuka. Selain itu pengeringan dengan menggunakan lat tersebut sanitasi terjamin karena terlindungi dari debu yang beterbangan dan gangguan binatang.

Hasil pengukurabn menunjukkan temperatur dalam ruang pengering lebih tinggi dari pada temperatur udara luar. Temperatur dlam rak 3 (paling atas) sekitar 64oC, temperatur dalam rak 2 sebesar 45oC, dan temperatur dalam rak 1 sebesar 36o lebih tingga dari temperatur udara luar sebesar 28o C.

Kesimpulan penerapan alat pengering energi surya system hybrid untuk pengering rumput laut pada mitra pengusaha rumput laut dapat menngkatkan kapasitas rumput laut karena dapat mempercepat proses pengeringan dibandingkan pengeringan konvensional, dapat meningkatkan kualitas rumput laut kering karena tidak terkontaminasi dengan debu atau kotoran lain, tidak terganggu oleh binatang.

Selain itu, kemampuan pengelolaan usaha mitra meningkat, pengelolaan keuangan lebih rapi, serta sistem pemasarannya lebih baik. Dengan demikian pendapatan dan kesejahteraan mitra meningkat. (*)

Comment