Pemimpin Pembelajar

Netral.co.id

Pemimpin Pembelajar
Oleh Bang Irwan

Beralih dari cara kerja perusahaan asing ke birokrasi pemerintahan bukanlah hal yang mudah bagi siapa pun. Perbedaan besar antara keduanya memerlukan penyesuaian, terutama ketika berada di posisi pemimpin.

Hal ini mungkin menjadi tantangan bagi Andi Sudirman Sulaiman ketika diangkat sebagai Wakil Gubernur, kemudian menjadi Gubernur Sulawesi Selatan.

Dari seorang manajer di perusahaan berstandar Eropa yang terbiasa bekerja dengan cara efektif, efisien, taktis, dan berorientasi pada keuntungan, Andi Sudirman harus beradaptasi menjadi seorang Gubernur yang bekerja dalam birokrasi yang cenderung gemuk, hierarkis, kaku, dan berorientasi pada pelayanan publik.

Hanya pemimpin yang handal dan cepat belajar yang dapat beradaptasi dengan perubahan ekstrim semacam ini.

Namun, Andi Sudirman Sulaiman berhasil melakukannya dengan baik, baik saat menjabat sebagai Wakil Gubernur maupun sebagai Gubernur.

Bukan hanya karena beliau bersedia mempelajari banyak aspek pemerintahan daerah yang membuat saya kagum, tetapi juga karena kecepatan beliau dalam memahami ilmu pemerintahan, administrasi negara, hukum, pertanian, kelautan, ekonomi, hingga akuntansi keuangan daerah dalam waktu yang relatif singkat, yang sungguh luar biasa.

Jika ada yang mengatakan itu mudah, kemungkinan besar mereka tidak memahami kompleksitas pemerintahan.

Saya sendiri, dari posisi saya di lembaga legislatif, menyaksikan betapa sulitnya bagi anggota dewan yang berasal dari berbagai latar belakang untuk memahami dan menguasai ilmu pemerintahan, bahkan yang paling dasar sekalipun, seperti struktur penyusunan APBD dan perimbangan keuangan daerah.

Bukan karena mereka tidak mau belajar, tetapi karena itu adalah hal yang baru dan terus berkembang.

Kesediaan seorang pemimpin untuk belajar mencerminkan kerendahan hati yang dalam. Mereka sadar bahwa pengetahuan yang mereka miliki masih jauh dari cukup untuk menjalankan tugas kepemimpinan dengan baik.

Oleh karena itu, mereka membutuhkan bantuan orang lain dan bersedia belajar dari mereka yang berpengetahuan. Sebaliknya, pemimpin yang merasa sudah tahu segalanya adalah bencana bagi kepemimpinan.

Pemimpin seperti ini tidak percaya kepada orang lain dan sering kali terlalu percaya diri terhadap kemampuannya sendiri. Ini adalah awal dari stagnasi, yang merupakan musuh terbesar kepemimpinan.

Saya melihat bagaimana Andi Sudirman Sulaiman belajar banyak hal dari para ahlinya. Mulai dari pejabat-pejabat kementerian, profesor dari berbagai universitas, praktisi, pejabat birokrasi di berbagai level seperti Kepala Dinas, Kepala Bidang, hingga Kepala Seksi, bahkan beliau tidak ragu berdiskusi dengan para staf yang telah menggeluti pekerjaan mereka selama puluhan tahun. Beliau tidak sungkan untuk bertanya dan belajar dari orang lain.

Salah satu strategi belajar Andi Sudirman untuk mempercepat proses pembelajarannya adalah dengan terlibat langsung dalam pekerjaan (learning by doing). Belum pernah saya melihat seorang kepala dinas mengetik sendiri penyusunan anggaran dalam dokumen RAPBD, apalagi seorang Gubernur.

Biasanya, mereka hanya memerintahkan staf atau paling tinggi Kepala Bidang. Namun, Andi Sudirman berbeda. Untuk memahami alur proses penganggaran dan penyusunan APBD secara cepat, beliau terlibat langsung dalam keseluruhan prosesnya, bahkan tak jarang mengetik sendiri program dan pagu anggaran di worksheet yang biasanya dikerjakan oleh staf. Ini adalah pemandangan yang sangat langka.

Pemimpin yang mau belajar adalah fenomena langka. Banyak pemimpin merasa puas dengan kapasitas dan pengetahuan yang dimiliki karena enggan keluar dari zona nyaman dan takut dianggap lemah.

Mereka hanya mengulang dan meniru apa yang sudah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya, seperti kata pepatah, “business as usual”. Mereka terlihat sibuk, tetapi jauh dari produktif.

Pemimpin sejati adalah mereka yang tidak pernah berhenti belajar. Mereka memahami bahwa kepemimpinan bukanlah tentang mengetahui segala sesuatu, melainkan tentang terus-menerus memperluas wawasan, mengasah keterampilan, dan terbuka terhadap hal-hal baru di luar disiplin ilmu mereka.

Inilah yang menjadikan seorang pemimpin pembelajar sebagai pilar kepemimpinan yang kuat dan visioner.

Comment