Jakarta, Netral.co.id – Indonesia dan Malaysia dikenal sebagai dua negara serumpun yang bertetangga dekat.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa sekitar delapan dekade lalu, kedua bangsa ini sempat digagas untuk dipersatukan dalam sebuah federasi bernama Negara Indonesia Raya.
Gagasan tersebut membuat warga Malaya (sekarang Malaysia) pernah mengibarkan bendera Merah Putih, jauh sebelum negaranya merdeka pada 1957.
Kisah ini bermula pada 12 Agustus 1945, ketika tiga tokoh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat dipanggil ke Dalat, Vietnam.
Mereka bertemu Marsekal Terauchi, Panglima Jepang di Asia Tenggara, yang menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945.
Dalam perjalanan pulang, rombongan singgah di Singapura dan melanjutkan ke Taiping, Perak.
Di sana, mereka bertemu dua tokoh nasionalis Melayu, Ibrahim Yaacob dan Burhanuddin Al-Helmy, pemimpin Kesatuan Melayu Muda (KMM) dan Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung (KRIS).
Pertemuan ini melahirkan ide besar pembentukan Negara Indonesia Raya yang mencakup Indonesia, Malaya, Singapura, Brunei, dan Kalimantan Utara.
Dalam pertemuan itu, Soekarno menyampaikan tekad untuk menyatukan bangsa-bangsa serumpun.
“Mari kita ciptakan satu tanah air bagi mereka yang berdarah Indonesia,” ujar Soekarno kala itu.
Ibrahim Yaacob langsung merespons dengan penuh semangat.
“Kami orang Melayu akan setia menciptakan tanah air dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia yang merdeka,” jawabnya.
Menurut peneliti Graham Brown (2005), ide ini lahir dari kolaborasi tokoh lokal dengan Jepang.
Namun, sejarawan Boon Kheng Cheah dalam bukunya Red Star Over Malaya (1983) menulis bahwa Mohammad Hatta dan sejumlah tokoh Indonesia lainnya kemungkinan tidak sepenuhnya mendukung gagasan tersebut.
Tak lama setelah itu, Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Kondisi tersebut mempercepat langkah kelompok pemuda di Jakarta untuk mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia, yang akhirnya diproklamasikan pada 17 Agustus 1945—lebih cepat dari rencana Jepang.
Seiring proklamasi tersebut, gagasan Negara Indonesia Raya kandas. Ibrahim Yaacob pun mengubah arah perjuangannya. Malaya sendiri baru meraih kemerdekaan 12 tahun kemudian, pada 31 Agustus 1957.
Comment