Netral.co.id – Tawaran gaji fantastis hingga US$100 juta per tahun oleh Meta menjadi bukti bahwa kompetisi ini sangat mahal dan penuh risiko.
Tak hanya soal kompensasi, kepindahan para pakar AI ini juga menunjukkan ketegangan dalam model kerja dan visi jangka panjang antar perusahaan teknologi besar, khususnya di tengah dinamika etika, kebijakan open-source, dan arah pengembangan AI superinteligensi.
Sebelumnya, Meta juga berhasil menarik sejumlah peneliti dari OpenAI—perusahaan di balik ChatGPT dan teknologi AI canggih lainnya.
Mengutip laporan dari The Information, empat peneliti OpenAI yaitu Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren dilaporkan telah menerima tawaran dari Meta.
Tidak berhenti di situ, Wall Street Journal melaporkan bahwa tiga pegawai OpenAI dari kantor Swiss—Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai—juga telah hengkang ke perusahaan milik Mark Zuckerberg tersebut.
Langkah Meta merekrut talenta AI tak lepas dari restrukturisasi internal yang dilakukan Mark Zuckerberg.
Ia membentuk Meta Superintelligence Labs, divisi baru yang akan dipimpin oleh Alexandr Wang, mantan CEO Scale AI, sebuah startup pelabelan data yang selama ini mendukung pengembangan sistem AI besar-besaran.
Meta bahkan telah berinvestasi dalam Scale AI dengan nilai fantastis mencapai US$29 miliar (sekitar Rp471 triliun) dan menjadikan Wang, yang baru berusia 28 tahun, sebagai ujung tombak inisiatif AI perusahaan.
Rekrutmen besar-besaran ini menunjukkan bahwa perang AI telah bergeser dari sekadar inovasi produk ke perebutan otak-otak terbaik dunia.
Comment