Netral.co.id, Gowa – Peneliti Institute Of Political And Social Study (IPOLSS), Muhammad Ridwan mengaku berdasarkan hasil risetnya nama Darmawansyah Muin (DM) dan Husniah Talenrang (HT) memiliki kans merebut kekuasaan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Gowa 2024.
“Ada beberapa figur yang tidak memiliki beban history political proxy yakni Darmawansyah Muin dan Husniah Talenrang,” kata Ridwan kepada netral.co.id, Senin 4 September 2023.
Bahkan, Pilkada Gowa 2024 akan jadi seru dan sengit. Pasalnya, konfigurasi politik berbeda dengan Pilkada sebelumnya, sebab tidak adanya kepala daerah petahana sebagai figur dominan.
“Kedua figur tersebut sangat memiliki kans untuk merebut kekuasaan sejauh mereka mampu menempatkan positioning politiknya yang tepat,” bebernya.
Menurut dia, ini membuka peluang bagi siapa saja yang ingin berkontestasi, dalam kontestasi demokrasi election lima tahuÂnan bisa bersaing.
Untuk itu, semoga Pilkada Gowa tidak krisis sirkulasi elit. Sebab, sirkulasi elite dalam konteks suksesi kepemimpinan politik adalah salah satu syarat bagi terwujudnya iklim demokrasi yang subtansial tidak hanya pada konfigurasi formalnya saja.
Apalagi, salah satu hambat proses sirkulasi politik adalah politik kekerabatan dan political proxy, meski Mahkamah Konstitusi telah melegalkan politik kekerabatan dengan membatalkan beberapa pasal yang tertuang dalam UU Pilkada tahun 2015.
“Namun politik kekerabatan tidak selamanya harus di tilik lewat kacamata hukum, tapi juga harus mempertimbangkan aspek Social justicenya,” ucapnya.
Lebih jauh ia mengaku, dengan sirkulasi kekuasaan yang adil, sekaligus menjadi kontrol terhadap segelintir elit selalu ingin mempertahankan status quonya. Apalagi Gowa dalam beberapa dekade masuk bayang-bayang hegemoni kelompok tertentu.
Ia memaparkan berdasarkan pendekatan politik Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca terkait rolling class dan sirkulasi elite menyebutkan, sirkulasi elite akan melahirkan para elite baru yang menduduki struktur dan organisasi baru. Teori ini menjadi penegasan pentingnya sirkulasi elite.
“Jatuhnya rezim elite kerap diikuti jatuhnya seluruh gerbong yang menyertainya. Sirkulasi politik menjadi kontrol bagaimana sebuah kekuasaan dijalankan,” pungkasnya.
Comment