Dinas Perikanan Bulukumba Jalin Kebersamaan Melalui Bakar Ikan Massal

Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN)

Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN). Ist

Netral.co.id, Bulukumba, – Tetiba wewangian asap mengepul dan berpendar ke segala penjuru mengisi cakrawala bira yang lagi berbinar. Wewangian ini sepanjang kurang lebih 100 meter di pedestrian Titik Nol Pantai Bira disebabkan aksi bakar ikan massal yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Bulukumba.

Aksi bakar ikan ini memicu suasana kehangatan, bukan hanya kehangatan akibat dari pancaran bara api pembakaran tapi kehangatan hubungan sosial warga Bulukumba yang sebenarnya kebanyakan tidak saling kenal namun berbaur dalam kegembiraan pesta makan ikan secara gratis ini.

Kisah ini adalah cerita kesederhanaan, dimana ratusan orang bergabung dalam Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN). Ikan dan makanan lainnya dibagi dengan teratur tanpa harus repot berfikir harganya.

Para tetamu juga dibebaskan untuk mengambil ikan yang sudah dibakar pun bisa juga membakar sendiri. Setelah membakar para tamu mengambil tempat masing-masing di ruang terbuka dan tidak diatur sekat antara tempat makan para pejabat maupun dari warga biasa.

Pesta makan ikan rakyat ini terselenggara atas budi dari nelayan sukarelawan, yang menandai rasa syukurnya dalam mengekstraksi sumberdaya selama setahun. Ikan-ikan tersebut terkumpul tanpa beban anggaran pemerintah, namun murni dari dorongan berbagi yang berbaur dengan suka cita penutupan Festival Pinisi ke-12, pada Sabtu 17 September 2022 yang lalu.

Dalam kesibukannya membakar ikan, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Ikan, Fachry Amal, sekaligus koordinator lapangan sesekali “berteriak” ke para pengunjung untuk mengambil ikan sepuasnya sambil menitip pesan agar banyak makan ikan. “Banyak makan ikan akan lebih sehat dan lebih pintar,”ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Acara Dani Susanto, mengajak seluruh pengunjung untuk makan sepuasnya. “Makanki – makanki,” – begitu suara mas Dani sapaan akrab dari Kabid Perikanan Budidaya Air Payau ini.

Tidak kalah hangatnya Kadis Perikanan Bulukumba, Asrar A Amir, juga mengajak masyarakat yang sempat hadir untuk segera mengambil sendiri ikan yang sudah matang di pembakaran bahkan ia mengajak langsung para warga untuk makan bareng di lokasi taman titik nol.

Suasana bakar ikan yang begitu akrab ini langsung mendapat apresiasi dari Kabag Hukum Bulukumba, Andi Afriadi. Menurutnya baru kali ini ia mendapatkan acara yang penuh keakraban seperti ini, dimana orang – orang makan dengan cara duduk bersila atau “massulengka” sambil bercengkerama secara bebas.

Apalagi yang melakukan pelayanan terhadap warga ini adalah para pejabat. Pelayanan para pejabat ke warga ini sungguh patut diapresiasi karena mereka hakikatnya pejabat yang tidak memerlukan pencitraan.

Menurut Dani Susanto, volume ikan yang dibakar pada malam itu berkisar 750 kilogram, dengan asumsi 1 (satu) cold box seberat 50 kilogram karena ikan yang tersedia sebanyak 15 box.

Dengan jumlah ikan sebanyak ini diharapkan makan ikan akan menjadi kebiasaan. Benar bahwa orang Sulawesi suka makan ikan, namun proporsi makan mereka lebih banyak makan nasi ketimbang ikan.

Akibat terlalu banyak makan nasi sehingga suplai karbohidratnya yang lebih banyak ketimbang protein

“Mungkin ini juga yang membuat kita sekarang lebih suka memakai emosi (perasaan) ketimbang logika berfikir ketika menghadapi masalah,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Yusli Sandi yang juga hadir pada acara itu.

Baca Juga: Bank Indonesia Gelar Rakor Digitalisasi Pendapatan di Bulukumba

Baca Juga: Porprov 2022, Bupati Andi Utta Tunjuk Rudy Ramlan “Ketua Kelas” Pemondokan

Comment