Netral.co.id, Jeneponto, – Kabupaten Jeneponto dikenal sebagai daerah dengan lahan kering dan kekurangan air. Pertanian di daerah ini sebagian besar masih mengandalkan tadah hujan. Karena itu, Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, mengajak masyarakat Jeneponto untuk membudidayakan tanaman sukun dan nangka madu.
Bukan tanpa sebab. Tanaman sukun selain memiliki nilai ekonomis, pohon sukun juga memiliki fungsi ekologis untuk mencegah bencana longsor dan banjir. Akar pohon sukun bisa banyak menyerap air. Ketika usianya mencapai 30 sampai 40 tahun, di sekeliling pohon sukun akan muncul banyak sumber air. Hal ini bisa menjadi salah satu langkah mitigasi saat terjadi kekeringan. Sedangkan nangka madu sangat cocok dibudidayakan di lahan kering.
Hal tersebut disampaikan Pj Gubernur Bahtiar saat bersilaturahmi dengan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Forkopimda Kabupaten Jeneponto, di Rujab Bupati Jeneponto, Selasa, 2 Januari 2024. Ia berharap, pembangunan ke depan difokuskan di sektor pertanian, peternakan dan perikanan.
“Khusus di Kabupaten Jeneponto, Pemprov Sulsel bersama Pemkab Jeneponto akan fokus melakukan penghijauan di lahan-lahan kering agar memiliki debit air,” kata Bahtiar.
Menurut Bahtiar, selain pengadaan sumur bor dan teknologi lainnya, menghadirkan air harus dengan melakukan penghijauan, dengan menanam pohon nangka, sukun dan pisang cavendish. Untuk mengubah daerah seperti Jeneponto, harus banyak menanam pohon yang banyak mengandung getah. Secara ilmu pengetahuan, pohon yang memiliki banyak getah pasti bertahan di lahan kering dan tandus.
“Tumbuhan yang bisa bertahan di lahan kering adalah pohon yang memiliki getah. Semakin banyak getahnya, semakin lama dia bisa bertahan di lahan kering. Nah itulah sukun, nangka madu, dan mangga. Tapi kalau mangga itu harus satu jenis supaya produksi banyak dan harus berskala industri,” pungkasnya. (*)
Comment