Sidrap, Netral.co.id – Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, diguncang aksi unjuk rasa pada Kamis 17 April 2025 menyusul viralnya video penampilan Nathalie Holscher di sebuah tempat hiburan malam setempat.

Dalam video yang beredar luas di media sosial, Nathalie tampak disawer uang saat tampil sebagai DJ, yang kemudian memicu kontroversi karena dianggap mencoreng citra religius daerah.

Ratusan massa, yang terdiri dari mahasiswa dan anggota organisasi masyarakat, turun ke jalan untuk menyampaikan kekecewaan mereka.

Aksi ini dipicu karena penampilan tersebut berlangsung bersamaan dengan acara Tabligh Akbar di wilayah yang dikenal kental dengan nilai-nilai keagamaan.

Baca Juga : Sidrap Bakal Hadirkan Kawasan Budidaya Pisang

“Kami menilai penampilan ini tidak sesuai dengan nilai budaya dan agama yang kami junjung di Sidrap,” ujar salah satu koordinator aksi, Ahmad, dalam orasinya.

Pihak penyelenggara tempat hiburan malam membela diri, menyatakan bahwa acara tersebut merupakan hiburan biasa dan tidak bermaksud menyinggung. Mereka juga menyebut telah mengantongi izin resmi untuk menggelar acara.

Namun, hal ini tidak meredam kemarahan warga yang menuntut permintaan maaf publik dan penutupan sementara tempat hiburan tersebut.

Kepolisian setempat telah meningkatkan pengamanan di sekitar lokasi untuk mencegah eskalasi konflik.

Kapolres Sidrap, AKBP Erwin Syah, mengimbau masyarakat tetap tenang dan menyerahkan proses hukum kepada pihak berwenang.

“Kami sedang menyelidiki izin acara dan potensi pelanggaran. Masyarakat diminta tidak terprovokasi,” katanya.

Kasus ini menjadi sorotan luas di media sosial, dengan tagar #SidrapBersuara ramai diperbincangkan. Netizen terbagi, ada yang mendukung aksi warga sebagai bentuk pelestarian nilai budaya, sementara lainnya menilai reaksi tersebut berlebihan. Hingga kini, Nathalie Holscher belum memberikan pernyataan resmi terkait kontroversi ini.

Pemerintah daerah Sidrap berjanji akan mengevaluasi perizinan tempat hiburan malam dan memperketat pengawasan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Peristiwa ini menjadi pengingat akan sensitivitas budaya dan agama dalam menggelar acara publik di daerah.