Jakarta, Netral.co.id – Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Soleman B. Ponto, menilai tidak mudah mengungkap siapa aktor intelektual atau dalang di balik aksi demonstrasi anarkis dan kerusuhan yang melanda Jakarta serta sejumlah daerah pada akhir Agustus lalu.
“Berdasarkan analisis intelijen, aktor intelektual hampir tidak mungkin ditemukan secara pasti,” kata Soleman di Jakarta, Senin (8/9/2025).
Menurutnya, jaringan penggerak massa biasanya bekerja melalui banyak lapisan perantara seperti koordinator lapangan, influencer, hingga kelompok kepentingan. Dalang utama, kata dia, jarang sekali tampil ke permukaan, melainkan hanya mengirim pesan, dukungan, atau bantuan finansial secara terselubung.
Soleman menekankan, informasi publik yang menyebut nama besar sebagai dalang masih bersifat spekulatif. “Kesimpulan intelijen, yaitu nama besar yang disebut sebagai dalang kerusuhan sebaiknya dilihat sebagai indikasi awal saja, bukan kebenaran hukum,” ujarnya.
Penindakan Hanya Bisa Jika Ada Bukti Nyata
Terkait langkah kepolisian, Soleman mengingatkan bahwa secara hukum pidana, penindakan hanya dapat dilakukan jika terdapat bukti perbuatan nyata.
“Polisi hanya bisa menjerat pihak yang melakukan tindakan atau memberi perintah langsung yang terbukti menimbulkan kerusuhan,” jelas alumnus Akademi Angkatan Laut 1978 itu.
Ia menegaskan, seseorang yang hanya berdiskusi atau merencanakan tidak bisa langsung dijerat pidana, kecuali ada bukti konkrit seperti pendanaan, provokasi publik, atau instruksi tertulis. Pasal yang relevan, sebutnya, adalah Pasal 55 KUHP tentang pelaku, penyuruh, atau pembantu, serta Pasal 160 KUHP tentang penghasutan yang menimbulkan kerusuhan nyata.
Motif Kompleks di Balik Kerusuhan
Mengenai motif, Soleman menyebut faktor utama berasal dari ketidakpuasan ekonomi dan sosial, seperti kenaikan biaya hidup, ketimpangan pendapatan, serta kebijakan DPR yang kontroversial.
Selain itu, terdapat dugaan pengaruh eksternal berupa aliran dana melalui Bitcoin, meski bukti keterlibatan pihak asing hingga kini masih spekulatif.
“Kesimpulannya, aktor intelektual sulit dibuktikan, sementara klaim nama-nama besar lebih kental bernuansa politis. Motif kerusuhan sendiri kompleks, merupakan gabungan faktor sosial, ekonomi, politik, dan potensi eksploitasi situasi,” pungkas Soleman.
Comment