Jakarta, Netral.co.id – Tepat 19 Agustus 2025, Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., genap setahun menakhodai Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM).
Dalam periode singkat tersebut, ia membawa visi besar: pengawasan obat dan makanan bukan sekadar regulasi teknis, tetapi amanah untuk menyelamatkan nyawa dan masa depan bangsa.
Bagi Taruna, kepemimpinan adalah ibadah. “Memimpin BPOM adalah jalan pengabdian. Saya percaya, setiap butir kerja yang kita persembahkan akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk melindungi rakyat,” ujarnya dalam sebuah refleksi.
Sejak dilantik, Taruna Ikrar berupaya mendekatkan BPOM kepada masyarakat. Ia kerap turun langsung ke pasar tradisional, laboratorium, hingga bertemu pelaku UMKM.
BPOM juga memperkuat diplomasi internasional, pemberdayaan usaha kecil, serta penindakan tegas terhadap mafia obat dan pangan berbahaya.
Inovasi penting lainnya adalah percepatan perizinan edar melalui digitalisasi dan integrasi data lintas sektor.
“Regulasi tidak boleh menjadi penghambat, tetapi harus menjadi jembatan agar rakyat segera menikmati produk yang sehat, halal, dan berkualitas,” tegasnya.
Komitmen memberantas obat palsu, kosmetik ilegal, dan pangan berbahaya menjadi prioritas utama.
BPOM memperkuat operasi intelijen, memperluas jejaring pengawasan di daerah, serta menjalin kerja sama erat dengan aparat penegak hukum.
“Tidak boleh ada ruang bagi mafia obat, kosmetik, dan pangan. Perlindungan rakyat adalah garis merah yang tidak bisa ditawar,” kata Taruna.
Taruna menghidupkan kembali konsep ABG (Academic, Business, Government) sebagai poros kolaborasi.
Perguruan tinggi digandeng untuk riset dan inovasi, pelaku usaha terutama UMKM diberdayakan, sementara pemerintah memperkuat regulasi serta diplomasi internasional.
Data BPOM mencatat, sektor yang diawasi memiliki perputaran ekonomi lebih dari Rp6.000 triliun per tahun. Industri farmasi tumbuh 9,8% per tahun.
Kosmetik naik 4,73%, dan pangan diperkirakan menembus Rp5.499 triliun pada 2029. Di balik angka tersebut, jutaan pekerja dan keluarga menggantungkan hidupnya.
Taruna menekankan keberpihakan pada UMKM yang menjadi 99% unit usaha di Indonesia. Hingga kini, ribuan UMKM telah terdaftar di BPOM mulai dari obat bahan alami, kosmetik, hingga pangan olahan.
“Ketika UMKM tumbuh, rakyat berdaya. Dan ketika rakyat sehat, bangsa ini kuat,” ujarnya.
BPOM kini mengusung visi “Menjulang, Membumi, Mengakar”. Menjulang berarti berkelas dunia, membumi berarti dekat dengan rakyat, dan mengakar berarti kokoh berlandaskan pengetahuan serta profesionalisme.
Bagi Taruna, kesehatan adalah nikmat terbesar. Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari ancaman obat palsu, pangan berbahaya, dan zat beracun.
Dalam setiap kerja senyap BPOM, katanya, tersimpan doa keluarga Indonesia yang ingin hidup sehat dan masa depan yang terjaga.
Comment