Makassar, Netral.co.id – Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, menerima audiensi Pengurus Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Provinsi Sulawesi Selatan di Rumah Jabatan Wakil Gubernur, Jalan Yusuf Dg Ngawing, Makassar, Rabu, 20 Agustus 2025.
Audiensi ini bertujuan menjalin silaturahmi sekaligus memperkenalkan peran PPTI yang sejak 1968 konsisten mendampingi pemerintah dalam upaya eliminasi tuberkulosis (TBC).
Rombongan PPTI dipimpin oleh Ketua, Dra. Hj. Riyanti Nazief, bersama jajaran pengurus lainnya.
Turut mendampingi Wakil Gubernur, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel dan Direktur RS Labuang Baji Makassar sebagai bagian dari dukungan perangkat daerah teknis dalam isu kesehatan masyarakat.
Dalam pertemuan tersebut, PPTI menyampaikan program kerja semester II tahun 2025 serta capaian pengendalian TBC di Sulsel.
Data Dinas Kesehatan Sulsel menunjukkan hingga 19 Agustus 2025, capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) TBC mencapai 62 persen atau 137.032 jiwa. Angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya, meski penemuan kasus masih rendah.
Dari target 45.472 kasus TBC di Sulsel, baru 16.881 kasus (37 persen) yang berhasil ditemukan. Hal ini menandakan masih ada tantangan besar dalam memperluas deteksi dini, terutama di wilayah dengan akses layanan kesehatan terbatas.
Selain itu, jumlah pasien TBC sensitif obat (SO) yang berhasil diobati mencapai 5.167 pasien (84,7 persen), sedangkan pasien TBC resisten obat (RO) sebanyak 109 pasien (71,2 persen). Angka ini masih di bawah target keberhasilan pengobatan WHO sebesar 90 persen.
Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat pencapaian target eliminasi TBC nasional tahun 2030 sebagaimana diamanatkan Perpres No. 67 Tahun 2021.
“Menuju eliminasi TBC 2030 dan Visi Indonesia Emas 2045, Pemprov Sulsel tidak bisa berjalan sendiri. Kita butuh kolaborasi dengan PPTI, dunia pendidikan, organisasi profesi, dan seluruh lapisan masyarakat. Data yang ada menunjukkan tantangan besar, tapi juga peluang besar bila kita bekerja bersama,” ujar Fatmawati.
Ia juga menambahkan bahwa TBC bukan sekadar persoalan medis, melainkan masalah sosial yang membutuhkan pendekatan komprehensif.
“Pengendalian TBC harus dipahami sebagai upaya menjaga ketahanan sosial masyarakat kita. Dengan deteksi dini, pendampingan, dan pengobatan tuntas, kita bisa menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya,” tegas Fatmawati.
Ketua PPTI Sulsel, Riyanti Nazief, mengapresiasi sambutan hangat Wakil Gubernur sekaligus menegaskan kesiapan PPTI untuk menjadi mitra strategis pemerintah.
“PPTI hadir untuk memperkuat gerakan masyarakat melawan TBC. Kami berkomitmen mendampingi pasien sampai sembuh dan mendukung pemerintah dalam memperluas edukasi serta deteksi dini,” jelas Riyanti.
Ia menambahkan bahwa PPTI akan memperkuat kapasitas kader di tingkat komunitas agar dapat menjangkau pasien di wilayah yang sulit terlayani fasilitas kesehatan.
“Tugas ini tidak ringan, tapi dengan dukungan Pemprov Sulsel, kami yakin bisa membantu mempercepat eliminasi TBC di daerah kita,” ujarnya.
Pemerintah pusat sendiri menargetkan eliminasi TBC pada 2030 dengan indikator utama 65 persen penemuan kasus dan 90 persen keberhasilan pengobatan. Target ini menjadi tantangan bagi seluruh provinsi, termasuk Sulsel, yang saat ini masih berada di angka 37 persen penemuan kasus.
Melalui sinergi antara pemerintah, PPTI, fasilitas kesehatan, organisasi profesi, akademisi, dan komunitas, diharapkan Sulsel mampu menjadi daerah yang lebih cepat mencapai target eliminasi TBC nasional.
Comment