Makassar, Netral.co.id – Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Selatan, Asrullah Dimas menegaskan gerakan mahasiswa yang dilakukan pihaknya berlandaskan niat lillahita’ala demi kepentingan bangsa.
Dimas menyinggung teori Collective Behavior dari Neil Smelser, yang menjelaskan perilaku kolektif massa kerap muncul saat terjadi ketidakpuasan sosial yang tidak mendapat respon tepat dari institusi.
Menurutnya, faktor struktural seperti komunikasi kebijakan yang tidak jelas maupun kegagalan otoritas dalam mengelola konflik berpotensi memicu ledakan aksi spontan yang sulit terkendali.
“Chaos yang terjadi di Makassar adalah contoh nyata dari teori Smelser. Kebijakan yang diambil tanpa dudukan persoalan yang matang dan tanpa ruang dialog bersama rakyat akan melahirkan ketidakpuasan, yang akhirnya meledak dalam bentuk aksi brutal,” ujar Dimas Rabu 3 September 2025.

Ia menambahkan, kekacauan tersebut tak lepas dari menurunnya pendapatan masyarakat serta rasa jenuh akibat tekanan ekonomi yang semakin berat.
Dalam konteks kearifan lokal Sulawesi Selatan, Dimas menilai penting untuk kembali pada tradisi tudang sipulung masyarakat Bugis-Makassar, yaitu budaya musyawarah yang mengedepankan dialog dan mufakat.
Menurutnya, pendekatan tersebut dapat mencegah konflik destruktif di tengah masyarakat. “Gerakan kami lillahi ta’ala untuk Indonesia,” tegas Dimas.
Comment