Jakarta, Netral.co.id – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Kamis, 25 September 2025 waktu setempat.
Dengan mengusung tema “Seruan Indonesia untuk Harapan”, Prabowo menekankan pentingnya solidaritas, keadilan global, serta solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Palestina–Israel.
Selama 15 menit pidatonya, riuh tepuk tangan berkali-kali menggema di ruang sidang hingga berujung standing ovation.
Sambutan meriah itu mengingatkan publik pada momen bersejarah ketika Presiden pertama RI, Soekarno, tampil di forum yang sama lebih dari enam dekade lalu.
Pada 30 September 1960, Soekarno berpidato di Sidang Umum PBB dengan tema “To Build the World Anew” atau “Membangun Dunia Kembali”.
Selama hampir dua jam, ia menyuarakan keresahan negara-negara Asia-Afrika tentang kolonialisme, imperialisme, perdamaian dunia, persoalan Irian Barat, Pancasila, serta masa depan PBB.
Koran Nasional (3 Oktober 1960) menulis, warga Amerika Serikat kala itu berbondong-bondong menonton pidato Soekarno melalui televisi umum.
Tidak sedikit pula yang mengirimkan surat kepadanya, berharap Indonesia bisa menjadi motor perdamaian dunia.
Soekarno berkali-kali mendapat tepuk tangan meriah dari hadirin. Menurut laporan koran Merdeka, usai pidato, sejumlah pemimpin dunia langsung menyalaminya, termasuk Perdana Menteri Inggris Harold Macmillan, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, hingga PM India Jawaharlal Nehru.
Pidato tersebut kemudian diakui UNESCO sebagai warisan memori dunia karena pengaruhnya yang luas dan perannya menginspirasi bangsa-bangsa lain meraih kemerdekaan.
Kini, pidato Presiden Prabowo di PBB kembali menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang lantang menyuarakan keadilan global.
Kehadirannya disambut antusias, seolah menjadi pengingat bahwa diplomasi Indonesia memiliki tradisi panjang dalam memperjuangkan perdamaian dunia.
Comment