ICMI Muda Sulsel Dukung Program Kurikulum Budaya Lokal Pemkot Makassar

5d6ad5d9 e607 4a27 b25c c4a57afa72b6

Makassar, Netral.co.id – Upaya Pemerintah Kota Makassar, memperkuat karakter generasi muda melalui pendidikan kurikulum budaya lokal mendapat dukungan dari berbagai pihak. 

Kali ini, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Muda Sulawesi Selatan menyatakan komitmennya mendukung program Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, khususnya dalam penguatan kurikulum berbasis budaya lokal serta penanaman nilai sopan santun di jenjang SD dan SMP serta program umum lainya.

Hal itu dibahas, saat pengurus ICMI Muda Sulsel, dipimpin Dr. Muhammad Tang Iskandar (Ketua Umum ICMI Muda Sulsel),  Sekertaris ICMI muda Sulsel Dr. Abdul Aziz Ilyas, bertemu Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin di Kantor Balai Kota Makassar, Rabu (1/10/2025).

“Kami ICMI Muda Sulawesi Selatan memberikan dukungan penuh terhadap langkah Pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Wali Kota Munafri Arifuddin, dalam menghadirkan kurikulum berbasis budaya lokal serta penguatan nilai sopan santun di tingkat SD dan SMP,” ujar Sekretaris ICMI Muda Sulsel, Dr. Abdul Aziz Ilyas.

Dia menegaskan bahwa organisasi yang menaungi para cendekiawan muda ini siap bersinergi dengan pemerintah kota dalam membangun karakter generasi penerus. 

Menurutnya, ICMI Muda ingin terlibat langsung dalam upaya pembangunan masyarakat, khususnya pada sektor pendidikan.

ICMI Muda selalu mendukung program-program pemerintah, termasuk yang digagas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar. 

“Program bagus harus kita support, jika ada kesempatan maka kita harus bergerak sinergitas. ICMI dan Pemerintah membuka ruang kolaborasi, maka kami siap berjalan bersama,” jelas Abdul Aziz.

Ia menambahkan, gagasan Wali Kota Makassar tentang pentingnya menjaga kearifan lokal sejalan dengan visi ICMI Muda. Budaya tutur seperti “tabe”, “siapakatau”, hingga “sepakaige” harus tetap dilestarikan, salah satunya melalui jalur pendidikan formal.

Lanjut dia, kearifan lokal itu perlu dijaga, dipelihara, dan dilestarikan. Hal-hal sederhana seperti sapaan sopan harus dijabarkan dalam pendidikan. 

“Guru adalah garda terdepan dalam mencerdaskan anak-anak, sekaligus membimbing mereka agar terhindar dari perilaku negatif,” lanjutnya.

Abdul Aziz juga menekankan bahwa mayoritas pengurus ICMI Muda adalah dosen dan guru. Dengan demikian, dukungan terhadap kurikulum budaya lokal menjadi bagian dari peran nyata mereka dalam mengawal pendidikan.

“Rata-rata pengurus ICMI Muda adalah akademisi, baik dosen maupun guru. Karena itu, kami merasa punya tanggung jawab moral untuk ikut mengawal apa yang diharapkan oleh Pak Wali Kota,” tegasnya.

ICMI Muda Sulawesi Selatan menyatakan kesiapan penuh untuk bersinergi dengan Pemerintah Kota Makassar, agenda penting lainya, mulai dari pendidikan hingga program keagamaan dan sosial.

Dia menambahkan, pihaknya siap menindaklanjuti arahan Wali Kota dengan keterlibatan langsung dalam program-program yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat.

“ICMI Muda hadir sekaligus menyampaikan bahwa kepengurusan kami siap bersinergi. Kami mendapat arahan dari pak Wali Kota,” jelasnya.

“Khususnya terkait program yang mempersatukan masyarakat, menjaga ketertiban, hingga mendampingi berbagai kegiatan Pemkot,” tambah Abdul Aziz.

Selain dukungan terhadap gagasan kurikulum berbasis budaya lokal dan penanaman nilai sopan santun di sekolah, ICMI Muda juga siap mengambil peran dalam bidang keagamaan dan sosial. 

Hal ini dianggap selaras dengan peran cendekiawan muda yang tidak hanya bergerak dalam ruang akademik, tetapi juga aktif di lapangan.

Sinergi juga akan kita lakukan dalam program keagamaan. Bahkan, pada momentum 18 Oktober mendatang jelang Hari Sumpah Pemuda, kami merencanakan kegiatan pengelolaan sampah. 

“Ini wujud nyata bahwa ICMI Muda ingin berkontribusi langsung pada permasalahan kota,” tuturnya.

Sementara itu, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyambut baik keterlibatan ICMI Muda Sulsel. Ia berharap sinergi tersebut dapat mempercepat terwujudnya program-program prioritas Pemkot, terutama dalam pendidikan karakter, pembangunan sosial, dan penguatan nilai keagamaan di tengah masyarakat.

Appi juga menyampaikan bahwa penguatan karakter melalui kurikulum budaya lokal penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. 

“Kehadiran ICMI Muda Sulsel dalam mendukung program Pemkot menjadi kekuatan tambahan, kami mewujudkan visi pendidikan Kota Makassar yang lebih berkarakter dan berbudaya,” jelas Appi.

Ia juga menyambut baik sinergi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Muda dalam mendukung program prioritas Pemerintah Kota. 

Pertemuan membahas sejumlah agenda penting, mulai dari pembinaan kepemudaan, pendidikan berbasis kearifan lokal, hingga penguatan nilai keagamaan.

Kehadiran ICMI Muda merupakan angin segar dalam upaya Pemkot membangun karakter generasi muda. Ia berharap ICMI Muda tidak hanya hadir sebagai mitra diskusi, tetapi juga ikut mengawal dan menyampaikan program pemerintah kepada masyarakat.

“Kami tentu senang atas sinergitas ICMI Muda dengan Pemkot Makassar. Peran ini penting, terutama dalam pembinaan dan pemberdayaan kepemudaan,” terangnya.

“Kami berharap ICMI bisa ikut mengawal setiap kegiatan pemerintah, menyampaikan ke masyarakat, serta memperkuat nilai-nilai keagamaan di kalangan siswa,” tambah Munafri.

Lebih lanjut, Wali Kota menekan pentingnya menghadirkan kurikulum berbasis kearifan lokal di sekolah. Menurutnya, buku-buku pembelajaran saat ini masih minim muatan budaya khas Makassar. 

Padahal, identitas lokal harus tetap hidup dalam pendidikan formal. Appi menjelaskan,  ingin ada kurikulum kearifan lokal, sebab selama ini buku pembelajaran belum lengkap nilai budaya lokal.

Selain itu, Munafri juga menekankan bahwa kemajuan daerah sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru.

“Kalau suatu daerah ingin maju, maka yang pertama dibenahi adalah pendidikan. Kita juga harus meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru,” tambahnya.

Tidak hanya itu, Pemkot juga berkomitmen melakukan riset mendalam untuk mencegah munculnya persoalan baru di masyarakat. 

Menurut Munafri, masalah sosial tidak boleh ditangani secara insidental, tetapi harus melalui pendekatan berkelanjutan.

“Kita tidak mau masalah baru hanya ditangani saat momentum tertentu. Harus ada riset dan cara penanganan yang tepat. Nantinya, setiap instansi akan kita fasilitasi dalam forum diskusi kelompok (FGD) untuk menyampaikan aspirasi,” beber Appi.

“Termasuk gagasan kurikulum bahasa lokal dengan konten lokal yang lebih kontekstual,” tambah Appi, menutup pertemuan.

Comment