Makassar, Netral.co.id – Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Provinsi Sulawesi Selatan, dijadwalkan berlangsung pada Januari 2026 menjadi momentum strategis dalam menentukan arah kepemimpinan partai ke depan.
Demi menjaga soliditas dan stabilitas internal, proses pemilihan Ketua DPD I Golkar Sulsel, definitif diarahkan berlangsung secara mufakat atau aklamasi, sebagaimana ditekankan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD I Golkar Sulsel, Muhidin M Said, juga pengurus DPP membawahi wilayah Sulawesi.
Langkah konsolidasi pun mulai digencarkan. Muhidin M Said telah menggelar rapat konsolidasi perdana bersama seluruh kader Golkar se-Sulsel sebagai bagian dari persiapan Musda untuk melahirkan kepengurusan definitif yang solid, inklusif, dan siap membawa Partai Golkar menghadapi tantangan politik ke depan.
Menariknya, di tengah proses penataan internal tersebut, dinamika politik di tingkat akar rumput justru menunjukkan arah dukungan yang semakin mengerucut.
Ketua DPD II Golkar Makassar, Munafri Arifuddin atau yang akrab disapa Appi, kian menguat sebagai figur yang didorong untuk memimpin Golkar Sulsel ke depan. Dukungan itu mengalir deras dari mayoritas pemilik suara sah di tingkat DPD II kabupaten/kota se-Sulsel.
Hingga saat ini, tercatat sedikitnya 17 DPD II kabupaten/kota telah secara terbuka menyatakan sikap sejalan untuk bersama-sama membesarkan Partai Golkar di bawah komando Appi menahkodai partai berlambang beringin di Sulsel.
Dukungan tersebut dinilai sebagian kalangan mencerminkan aspirasi kader akar rumput di daerah yang menginginkan kepemimpinan kuat, komunikatif, dan mampu menyatukan seluruh elemen partai menghadapi persaingan di Pemilu tahun akan datang.
Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Luhur Prianto, menilai arus dukungan dari DPD II tidak bisa dipandang sebelah mata.
Menurutnya, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar perlu mencermati dengan serius aspirasi kader di daerah sebagai basis utama kekuatan partai.
“Dukungan dari akar rumput, menjadi kunci utama menjaga soliditas, kesinambungan, dan kejayaan Partai Golkar di Sulawesi Selatan pada masa mendatang,” jelas Andi Luhur, Kamis (25/12/2025).
Dekan baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah (FISIP Unismuh) Makassar itu, menegaskan bahwa dukungan dan aspirasi dari tingkat bawah Partai Golkar.
Khususnya DPD II kabupaten/kota, merupakan nilai tawar politik yang tidak boleh diabaikan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP), dalam menentukan arah kepemimpinan ke depan, termasuk pada Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulawesi Selatan.
Menurut Andi Luhur, meskipun mekanisme pengambilan keputusan di tubuh Partai Golkar dipahami bersifat sentralistik dan berada dalam ruang diskresi Ketua Umum, namun aspirasi kader di daerah tetap harus dibawa dan diperhatikan secara serius.
“Itu sebuah nilai tawar dari Kader di akar rumput, meskipun kita paham bahwa pengambilan keputusan itu sentralistik dan punya diskresi, tapi aspirasi harus dibawa, mesti diperhatikan,” saran Andi Luhur.
Ia menilai, kepemimpinan Golkar Sulsel ke depan harus menunjukkan metode baru, perbedaan dari pola lama. Sehingga perlu pertimbangan matang Ketua Umum mendengar aspirasi kader, tidak boleh terjebak pada cara pandang bahwa membangun Golkar cukup dilakukan secara elitis dan tidak politis.
“Golkar yang tidak politis justru adalah Golkar yang memperhatikan aspirasi dari bawah. Terutama di lapisan-lapisan kedua yang berkaitan langsung dengan konsolidasi hingga ke desa,” jelasnya.
Selaku akademisi, Andi Luhur juga menekankan pentingnya rekam jejak dan prestasi figur-figur yang mencalonkan diri sebagai ketua. Apalagi sudah memiliki prestasi baik duduk di kursi eksekutif atau menaikkan jumlah kursi di wilayah dipimpin.
“Basis kepemimpinan, basis kekuatan, pengalaman pemimpin pasti diperhatikan. Ada variabel-variabel lain,” katanya.
Ia menilai, momentum Musda Golkar Sulsel tahun 2026, seharusnya menjadi ajang refleksi bagi Partai Golkar untuk menentukan apakah partai berlambang pohon beringin itu ingin kembali berjaya mengakar dan dekat dengan rakyat.
“Kita dorong, kita tantang apakah Golkar ingin kembali mengakar, ingin kembali dekat dengan rakyat. Salah satu caranya adalah memperhatikan arah kepemimpinan ketuanya,” ungkapnya.
Meski demikian, Andi Luhur mengakui bahwa dalam tradisi Golkar, ketua umum memiliki privilege besar dalam mengarahkan kebijakan dan kepentingan partai. Namun ia berharap, ke depan Golkar membangun tradisi politik yang lebih terbuka.
Terkait figur-figur yang mengemuka di Sulawesi Selatan, Andi Luhur menyebut terdapat beberapa nama yang memiliki potensi, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Dia menilai, tradisi kekaryaan Golkar yang kuat membuat figur yang sedang memegang kekuasaan biasanya memiliki peluang lebih besar.
“Golkar terbiasa mensinergikan sumber daya kekuasaan dengan kerja-kerja politiknya,” jelasnya.
Di Sulsel sendiri, ia menilai setidaknya ada dua figur yang patut diperhatikan oleh DPP Golkar, yakni Munafri Arifuddin (Appi) dan beberapa kader lainya.
“Kita lihat bagaimana pergerakan mereka. Mana yang lebih bergerak, itu yang seharusnya diperhatikan oleh DPP,” imbuh Luhur.
Selain itu, Andi Luhur menekankan bahwa pengaruh elite DPP dan tokoh-tokoh panutan di Golkar memang tidak bisa dihindari dalam menentukan arah suara. Namun ia mempertanyakan jika pertimbangan elit semata menjadi satu-satunya dasar pengambilan keputusan.
Ia berharap Golkar tidak lagi mengulang pola lama yang terlalu mengandalkan diskresi elite, melainkan lebih membuka ruang pada konsolidasi yang dibangun oleh kader di daerah.
“Siapapun calon yang sudah membangun konsolidasi dengan DPD-DPD II, itu penting untuk diperhatikan dan dikembangkan sebagai arah dukungan DPP,” harapnya.
Lebih jauh, Andi Luhur mengingatkan bahwa penentuan kepemimpinan Golkar tidak boleh hanya melihat posisi dan kondisi saat ini, tetapi harus mempertimbangkan agenda dan tantangan politik ke depan.
“Golkar tidak bisa melihat posisi sekarang saja. Penentuan kepemimpinan sebaiknya mempertimbangkan agenda masa depan, karena arena persaingan partai ke depan akan berubah,” katanya.
Ia menutup dengan menekankan bahwa Golkar harus bersiap menghadapi kemunculan partai-partai baru, tokoh-tokoh politik baru, serta kekuatan politik baru yang akan menjadi pesaing serius.
“Saya harap Golkar lebih bicara bagaimana memenangkan persaingan ke depan, merebut kembali basis yang selama ini diambil oleh partai lain. Itu yang seharusnya dipertimbangkan,” pungkasnya.

Comment