Dari Sumpah Pemuda ke Visi HMI: Ikhtiar Membangun Peradaban Adil dan Makmur

IMG 20251025 WA0001 e1761351576235

MakassarSumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak penting dalam perjalanan bangsa. Ikrar yang diucapkan pada 28 Oktober 1928 itu menegaskan bahwa Indonesia lahir bukan dari keseragaman suku maupun bahasa, melainkan dari keberanian pemuda untuk bersatu dalam cita-cita kebangsaan. Semangat inilah yang kemudian menjadi landasan lahirnya berbagai organisasi perjuangan, termasuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

HMI hadir dengan visi yang lebih jauh dari sekadar upaya mempertahankan kemerdekaan. HMI membawa amanah peradaban: terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Jika Sumpah Pemuda menyatukan kesadaran berbangsa, maka HMI mengarahkan kesadaran itu pada pembangunan moral, intelektual, dan sosial.

Namun, realitas hari ini menunjukkan bahwa tantangan bangsa semakin kompleks. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan arus globalisasi, kita menghadapi krisis integritas, terkikisnya nilai persatuan, serta ketimpangan sosial yang menganga. Di sinilah relevansi Sumpah Pemuda dan cita-cita HMI diuji. Persatuan tidak boleh berhenti sebagai slogan seremonial; ia harus menjadi energi kolektif untuk melawan ketidakadilan, kemiskinan, dan keterbelakangan.

Ikhtiar membangun peradaban adil dan makmur dimulai dari pembentukan pribadi kader. HMI menekankan pentingnya penyatuan iman dan intelektual, zikir dan pikir, spiritualitas dan rasionalitas. Kader bukan hanya dituntut cerdas berdialektika, tetapi juga kokoh akhlaknya dan nyata pengabdiannya. Peradaban tidak lahir dari orang yang sekadar fasih berbicara, melainkan dari pribadi yang jernih hati, bersih pikiran, dan kuat kejujuran.

Lebih jauh, cita-cita HMI adalah melahirkan pemimpin umat dan bangsa yang mampu mengelola perbedaan sebagai kekuatan. Bukan pemimpin yang silau kekuasaan, tetapi yang takut kehilangan ridha Allah. Bukan pemimpin yang hanya berbicara tentang keadilan, tetapi yang memperjuangkannya.

Kini, hampir seabad setelah Sumpah Pemuda digaungkan, pertanyaannya sederhana namun mendasar: apakah semangat itu masih hidup dalam diri kita?Jawabannya ada pada kemampuan pemuda hari ini untuk mengkonversi idealisme menjadi kerja nyata.

HARAPAN

Sebagai bagian dari generasi muda, saya menaruh harapan besar kepada HMI dan seluruh pemuda Indonesia. Semoga HMI tidak hanya dikenal karena sejarah kejayaannya, tetapi karena karya nyatanya. Semoga kader tetap menjaga idealisme, menolak tunduk pada kepentingan pragmatis, dan menjadikan Islam bukan sekadar identitas, tetapi kompas dalam berpikir dan bertindak.

Saya bermimpi melihat Indonesia yang bersatu tanpa sekat, adil tanpa diskriminasi, dan makmur tanpa meninggalkan kaum kecil. Semoga dari ruang perkaderan HMI lahir pemimpin yang jujur, cerdas, dan takut kepada Allah pemimpin yang bekerja bukan untuk pujian manusia, tetapi demi kemaslahatan umat dan keridhaan-Nya.

Perjuangan dari Sumpah Pemuda hingga cita-cita HMI bukan hanya kisah masa lalu. Ia adalah proyek masa depan. Dengan iman, ilmu, dan persatuan Indonesia yang adil, makmur, dan diridhai Allah SWT bukan sekadar mimpi, tetapi keniscayaan yang bisa diwujudkan.

Oleh: Taufikurrahman (Kader HMI Cabang Gowa Raya)

Comment