Andi Wina Raih Gelar Doktor Ilmu Komunikasi Unhas dengan Predikat Sangat Memuaskan

e006e5e6 c5cb 4898 93a5 e81bfccb5a10

Makassar, Netral.co.id – Mantan Juru Bicara PSM Makassar, Andi Widya Syadzwina alias Wina, resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin (Unhas).

Ia meraih gelar doktor usai menuntaskan ujian terbuka promosi doktor di Pascasarjana Unhas.

Judul disertasi Wina adalah “Komunikasi dan Olahraga: Studi Manajemen Komunikasi Liga Sepakbola Indonesia di Era Digital”.

Dalam ujian tersebut, Wina diuji jajaran akademisi dengan komposisi lengkap.

Promotor utama dan pendampingnya adalah Prof Dr H Hafied Cangara, M.Sc.

Selanjutnya, Prof Dr Andi Alimuddin Unde, M.Si, dan Prof Dr Tuti Bahfiarti, S.Sos., M.Si.

Penguji internal terdiri dari Dr Muhammad Farid, M.Si, Dr Hasrullah, MA, dan Dr Muliadi Mau, S.Sos., M.Si.

Sedangkan penguji eksternal adalah Prof Agus Rusdiana, S.Pd, MA., Ph.D.

Prof Agus adalah Guru Besar Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus Dekan FPOK UPI periode 2025–2029.

Ujian terbuka Wina dihadiri sejumlah tokoh penting di Sulsel.

Antara lain Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin.

Munafri juga merupakan mantan CEO PSM Makassar.

Selanjutnya, hadir Wakil Bupati Maros Andi Muetazim Mansyur, Mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS).

Kadis Kominfo Makassar Muhammad Roem, dan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkot Makassar Andi Muhammad Yasir.

Dalam presentasi disertasinya, Wina menjelaskan alasan meneliti komunikasi olahraga.

“Karena kami melihat sepak bola ini adalah hal yang penting. Terlebih peneliti-peneliti belum banyak yang meneliti komunikasi olahraga, padahal sepakbola sangat penting diteliti,” ungkapnya.

Ia memaparkan tiga alasan utama penelitian.

Pertama, komunikasi telah menjadi bagian penting dari olahraga di Indonesia khususnya sepak bola di era industri yang serba digital saat ini.

Kemudian, event sepakbola telah melegendaris, bukan hanya sebagai kompetisi, tapi sebagai peristiwa komunikasi dan soft diplomasi.

Begitu antusiasnya masyarakat Indonesia terhadap sepakbola.

Namun prestasi belum optimal dibanding Jepang, Korea Selatan, atau negara Asia Barat lainnya.

Oleh karena itu, disertasi ini menganalisis tata kelola Liga Sepakbola Indonesia dari perspektif manajemen komunikasi.

Tujuannya demi memajukan daya saing sepak bola Indonesia.

Wina secara khusus mengangkat tragedi Kanjuruhan sebagai salah satu bukti kelemahan komunikasi liga di Indonesia.

“Suporter adalah hal penting dalam dunia sepak bola. Tanpa suporter sepak bola adalah hal yang hampa. Terlebih, semangat pesepak bola itu salah satunya berkat dukungan dari suporter,” tegas Wina.

Dalam paparannya, ia menyebut tragedi Kanjuruhan terjadi 1 Oktober 2022 seusai pertandingan Arema FC melawan Persebaya.

Di mana berdasarkan laporan Tim Kedokteran Polisi (Dokpol) tragedi itu menewaskan 135 orang dan melukai lebih dari 500 orang lainnya.

Wina mengaku, berdasarkan hasil data temuannya, jumlah korban jiwa adalah 250 jiwa.

“Jumlah temuan berdasarkan data dari informan kami adalah 250 korban jiwa,” ungkapnya.

Menurut Wina, tragedi itu menunjukkan lemahnya koordinasi dan minimnya komunikasi krisis antara panitia penyelenggara dan petugas keamanan.

Terlebih terkesan tidak transparan terkait jumlah korban jiwa kasus tragedi Kanjuruhan.

Selain itu, ia menilai informasi mengenai tragedi tidak dikelola dengan transparan sehingga menimbulkan ketidakpastian publik.

Wina mengurai sejumlah persoalan komunikasi dalam pengelolaan liga.

Di antaranya, kebijakan dan keputusan liga tidak tersosialisasi kepada klub dan suporter.

Teknologi digital belum dimaksimalkan, terutama dalam penyampaian informasi.

Kurangnya koordinasi keamanan dan penyelenggara dalam situasi darurat.

Penegakan regulasi tidak transparan.

Sistem tata kelola dan fasilitas membutuhkan dukungan komunikasi yang kuat.

Ia menegaskan, PSSI sebagai lembaga induk sepakbola Indonesia harus memperkuat manajemen komunikasi agar liga lebih profesional.

Menurut Wina, Liga Sepakbola Indonesia secara gradual telah mengalami beberapa kemajuan.

Namun masih membutuhkan pembenahan lanjutan pada keterbukaan informasi, penegakan regulasi.

Kejelasan jadwal liga, penanganan suporter, pemenuhan syarat club licensing, transparansi organisasi dan keuangan dan penanganan krisis

Baginya, begitu lemahnya arus informasi, baik internal maupun eksternal kepada publik disebabkan penegakan aturan yang kurang tegas.

Penyelesaian permasalahan liga kurang transparan, dan seringkali kepentingan kelompok atau segelintir orang mengedepan dibanding kepentingan liga.

Prof Andi Alimuddin memberikan apresiasi terhadap kajian ini.

Terlebih, strategi komunikasi dalam manajemen sepak bola belum pernah diteliti.

Ia mengaku sepak bola itu, tidak bisa lepas dari industri.

Liga butuh sponsor dan dukungan media.

Kompetisi tidak bisa berjalan hanya dengan tiket stadion.

Hak siar TV dan sponsor adalah sumber pemasukan terbesar.

Tanpa itu, liga bisa bangkrut.

“Terutama keterkaitan dengan industri.
Pada sisi lain memang itu menjadi penting kemajuan sepakbola itu sendiri. Tapi di sisi lain, banyak kasus-kasus di dunia sepak bola yang menjadi permasalahan dan perlu pembenahan,” jelasnya.

Comment