Ketua DWP Sulsel Bacakan Sejarah Perjuangan Perempuan dalam Peringatan Hari Ibu

Tanggal 22 Desember bukan sekadar hari kasih sayang dalam keluarga, melainkan sebuah tonggak sejarah pergerakan perempuan Indonesia yang lahir dari semangat persatuan dan perjuangan kemerdekaan.

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sulawesi Selatan, Melani Simon Jufri saat membacakan sejarah hari ibu. (Foto: Netral.co.id/F.R).

Makassar, Netral.co.id – Tanggal 22 Desember bukan sekadar hari kasih sayang dalam keluarga, melainkan sebuah tonggak sejarah pergerakan perempuan Indonesia yang lahir dari semangat persatuan dan perjuangan kemerdekaan.

Hal itu menjadi bagian dari sejarah Hari Ibu yang dibacakan oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sulawesi Selatan, Melani Simon Jufri pada peringatan Hari Ibu ke-97 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar di Hotel Claro Makassar, Senin, 22 Desember 2025.

Melani Simon menekankan peristiwa bersejarah Kongres Perempuan Indonesia Pertama pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, yang merupakan respons langsung dari semangat Sumpah Pemuda. Kongres tersebut melahirkan Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI), cikal bakal persatuan organisasi perempuan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan harkat martabat perempuan.

“Tanggal 22 Desember kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu dalam Kongres Perempuan Indonesia III tahun 1938 di Bandung, dan dikukuhkan oleh negara melalui Dekret Presiden No. 316 Tahun 1959,” ucap Melani.

Beliau juga menyoroti makna mendalam Hari Ibu sebagai penghormatan terhadap peran perempuan secara utuh: sebagai pendidik generasi bangsa (Ibu Bangsa), sebagai partner sejajar dalam perjuangan, sebagai warga negara, dan sebagai bagian aktif masyarakat. “Perempuan Indonesia adalah pejuang dalam mengisi kemerdekaan melalui peran di semua lini kehidupan,” tegasnya.

Pembacaan sejarah ini bertujuan untuk menguatkan pemahaman dan menanamkan nilai-nilai perjuangan kepada seluruh insan, khususnya generasi muda Sulawesi Selatan, agar semangat persatuan dan kontribusi perempuan bagi bangsa tidak pernah dilupakan.

Ia pun berharap momentum Hari Ibu dapat menjadi penyemangat untuk terus meningkatkan kualitas diri, peran keluarga, dan partisipasi dalam pembangunan daerah Sulsel menuju masyarakat yang maju, adil, dan makmur.
Peringatan ke-97 ini menjadi simbol bahwa semangat persatuan perempuan tidak boleh padam. Nilai-nilai perjuangan dari tahun 1928 perlu terus diwariskan kepada generasi muda agar mereka memahami bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini juga merupakan hasil tetesan keringat para pejuang perempuan terdahulu.

Refleksi ini ditutup dengan harapan agar perempuan Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, terus menjadi perempuan yang maju, berdaya, dan tetap teguh memegang prinsip Pancasila dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur.

Comment