Makassar, Netral.co.id — Kepedulian Pemerintah Kota Makassar, dipimpin Munafri Arifuddin terhadap kesejahteraan para imam rawatib masjid kembali ditunjukkan lewat program nyata.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, membawa kabar gembira bagi para imam rawatib terkait peningkatan kesejahteraan serta pemberian tunjangan jaminan sosial dan hari tua melalui kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Munafri, yang akrab disapa Appi, saat memberikan sambutan pada kegiatan Silaturahmi Pemerintah Kota Makassar bersama Imam Rawatib se-Kota Makassar, yang digelar di Makassar Golden Hotel (MGH), Selasa (11/11/2025).
Kegiatan yang diikuti oleh 960 imam rawatib ini berlangsung selama 15 hari, dengan materi yang difokuskan pada penguatan kapasitas imam, termasuk pemahaman mendalam tentang tata cara dan bacaan dalam memimpin salat.
Dalam sambutannya, Wali Kota yang akrab disapa Appi itu menekankan bahwa pelatihan ini memiliki makna strategis, bukan hanya untuk peningkatan kapasitas individu para imam, tetapi juga bagi kemaslahatan umat secara luas.
“Pentingnya acara ini bukan hanya dari sisi individu, tapi untuk umat secara keseluruhan, khususnya masyarakat Kota Makassar,” ujar Appi.
Menurutnya, kehadiran para imam rawatib di tengah masyarakat memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter dan kedamaian di lingkungan masyarakat.
Karena itu, Appi berharap kegiatan ini dapat menyatukan visi dan pandangan bahwa imam bukan hanya bertanggung jawab pada pelaksanaan salat lima waktu, tetapi juga pada fungsi sosial masjid dan lingkungan sekitarnya.
“Kami ingin imam-imam ini tidak hanya fokus di wilayah kecilnya saja, tapi juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan masjid dan lingkungannya,” harapnya.
“Masjid tidak hanya dipakai untuk salat lima waktu, tetapi harus menjadi tempat menyelesaikan persoalan-persoalan sosial di tengah masyarakat,” lanjutnya.
Appi menekankan masjid menjadi tempat fokus giat kajian dan terbuka untuk masyarakat. Apalagi kegiatan sosial keagamaan positif yang bisa dilakukan.
“Masjid bisa jadi tempat diskusi, tempat istirahat, tempat belajar, dan tempat masyarakat berinteraksi,” tuturnya.
Lebih jauh, Appi juga menekankan pentingnya sikap ramah dan keteladanan imam. Ia mengingatkan agar para imam menampilkan wajah yang bersahabat kepada jamaah.
“Kadang saya lihat ada imam yang senyum saja susah. Padahal di masjid harus ada hospitality, keramahan. Kalau pengurusnya ramah, jamaah pasti merasa nyaman,” katanya disambut tawa para peserta.
Ketua Golkar Makasssr itu juga menyinggung soal kemuliaan posisi imam yang harus dijaga. Ia berharap para imam mampu mempertahankan marwah dan wibawa sebagai tokoh sentral di lingkungan masing-masing.
“Dulu, waktu saya kecil, orang memanggil ‘Puang Imam’. Begitu mulianya posisi ini. Maka jangan kita turunkan martabat itu. Imam harus menjadi cerminan masyarakat di wilayahnya,” pesannya.
Dalam kesempatan tersebut, Appi juga menekankan agar kegiatan pelatihan ini benar-benar menghadirkan narasumber yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya.
” Saya minta kepada Pak Kesra, pembicara yang hadir harus imam-imam yang sudah maksimal dalam memakmurkan masjidnya, bukan yang masih perlu dilatih,” ujarnya.
Selain penguatan kapasitas dan karakter imam, Appi juga menyampaikan kebijakan penting Pemerintah Kota Makassar terkait kesejahteraan imam masjid.
Ia menegaskan bahwa Pemkot akan menanggung iuran BPJS Ketenagakerjaan bagi para pekerja keagamaan dan pekerja rentan, termasuk imam rawatib, dengan tiga jenis jaminan yang akan dijalankan mulai tahun depan.
“Kami memberikan tiga jaminan: jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan tambahan baru — jaminan hari tua. Ini semua dibiayai dari APBD Pemerintah Kota Makassar,” jelasnya.
Dia memberikan contoh sederhana manfaat program tersebut. Ia mencontohkan, kalau ada imam yang dalam perjalanan menuju masjid untuk melaksanakan tugas, lalu mengalami kecelakaan, maka sudah ada jaminannya.
“Dulu hanya dua jaminan kecelakaan kerja dan kematian, sekarang kita tambahkan jaminan hari tua, supaya ketika sudah tidak aktif, tetap punya pegangan,” terangnya.
Dia menegaskan bahwa perhatian Pemkot terhadap imam bukan semata formalitas, tetapi bentuk komitmen nyata terhadap tokoh agama yang menjadi penggerak sosial di tengah masyarakat.
Lanjut dia, Imam bukan hanya untuk kepentingan dirinya dan jamaah di masjid, tapi juga untuk kepentingan masyarakat luas.
Apalagi, Imam harus jadi penengah ketika ada persoalan sosial, jadi katalisator dalam menjaga harmoni di wilayahnya,.
Melalui pelatihan dan dukungan jaminan sosial ini, Appi berharap para imam rawatib dapat menjalankan peran lebih luas, tidak hanya sebagai pemimpin salat.
Tetapi juga sebagai tokoh sentral, penyejuk, dan penuntun masyarakat dalam memakmurkan masjid dan menjaga persaudaraan umat.
“Imam harus menjadi figur yang dipercaya, yang dihormati, dan yang bisa memberikan solusi sebelum persoalan kecil dibawa ke aparat. Mari jaga marwah dan kemuliaan peran ini,” tutupnya.

Comment