Gaza Kembali Dihujani Serangan: Israel Langgar Gencatan Senjata, Perdamaian Hanya Ilusi

Situasi di Jalur Gaza kembali memanas. Di tengah kesepakatan gencatan senjata yang seharusnya memberi harapan bagi warga sipil, Israel kembali melancarkan serangan udara ke sejumlah wilayah, termasuk Gaza City dan Khan Yunis, Rabu (5/11/2025) malam.

Serangan udara Israel kembali menghantam Gaza City dan Khan Yunis di Jalur Gaza. (Foto: X/@gazanotice).

Gaza, Netral.co.id – Situasi di Jalur Gaza kembali memanas. Di tengah kesepakatan gencatan senjata yang seharusnya memberi harapan bagi warga sipil, Israel kembali melancarkan serangan udara ke sejumlah wilayah, termasuk Gaza City dan Khan Yunis, Rabu (5/11/2025) malam.

Laporan Al Jazeera menyebutkan, dentuman bom dan rudal terdengar sepanjang malam. Belum ada keterangan resmi mengenai jumlah korban jiwa atau luka-luka, namun serangan tersebut menambah panjang daftar pelanggaran terhadap kesepakatan damai yang baru berusia kurang dari sebulan.

Sementara itu, situs berita Israel Walla melaporkan bahwa militer Israel (IDF) juga menjalankan operasi besar-besaran untuk meratakan bangunan tempat tinggal di kawasan timur Rafah dan Khan Yunis, bahkan menyasar daerah di sekitar kamp pengungsi Bureij.

Tindakan tersebut menimbulkan kecaman karena dinilai bukan sekadar operasi militer, melainkan upaya sistematis menghapus eksistensi warga Palestina dari tanahnya sendiri. Sejumlah pengamat menyebut langkah ini sebagai bentuk penciptaan fakta baru di lapangan yang dapat mengubah peta demografi dan geopolitik Gaza.

Padahal, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah berlaku sejak 10 Oktober 2025. Namun, serangan udara terus berulang dengan alasan bahwa kelompok Palestina dianggap lebih dulu melanggar kesepakatan. Dalih tersebut dianggap sebagai pembenaran atas aksi militer yang dinilai tidak proporsional dan melanggar prinsip kemanusiaan internasional.

Pola pelanggaran berulang ini memunculkan pertanyaan serius tentang komitmen Israel terhadap perdamaian. Alih-alih menjadi jembatan menuju solusi politik, gencatan senjata justru tampak digunakan sebagai jeda taktis untuk memperkuat posisi militer dan melanjutkan operasi di wilayah Palestina.

Kondisi ini tidak hanya memperparah penderitaan warga Gaza, tetapi juga mengikis kepercayaan dunia terhadap proses perdamaian Timur Tengah. Banyak pihak menilai, jika pelanggaran semacam ini terus dibiarkan tanpa sanksi tegas, maka diplomasi hanya akan menjadi formalitas tanpa makna.

Gaza kini terperangkap di antara blokade darat, laut, dan udara yang masih berlangsung. Sementara dunia internasional tampak bimbang antara kecaman moral dan tindakan nyata.

Serangan demi serangan membuktikan bahwa janji perdamaian di atas kertas belum cukup kuat untuk menahan ledakan di langit Gaza dan selama itu pula, nyawa serta martabat kemanusiaan terus menjadi korban dari ambisi kekuasaan yang tak kunjung usai.

Comment