KH Asrorun Niam: Jangan Ungkit Masa Lalu, Semua Mantan Presiden Layak Jadi Pahlawan Nasional

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, menyatakan bahwa seluruh mantan presiden Indonesia yang telah wafat layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Ia menilai, masing-masing presiden telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara di masa kepemimpinannya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh. (Foto: dok MUI).

Jakarta, Netral.co.id – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, menyatakan bahwa seluruh mantan presiden Indonesia yang telah wafat layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Ia menilai, masing-masing presiden telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara di masa kepemimpinannya.

“Setiap zaman ada tokoh pahlawannya. Kita harus menghargai perjuangan para pemimpin bangsa, termasuk para mantan presiden yang telah memimpin Indonesia. Mereka adalah pahlawan bagi bangsa Indonesia. Pak Karno, Pak Harto, Pak Habibie, dan Gus Dur adalah pemimpin yang layak menjadi pahlawan,” ujar Niam di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Menurut Niam, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya, termasuk para pemimpin terdahulu. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak menilai tokoh bangsa hanya dari sisi kekurangannya.

“Masyarakat tidak boleh menyimpan dendam atau mengungkit keburukan para pemimpin terdahulu. Tidak ada manusia yang sempurna,” tambahnya.

Niam juga mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto yang dinilainya menunjukkan sikap kenegarawanan dengan membuka ruang dialog lintas tokoh dan latar belakang dalam wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional.

“Usulan pahlawan dari para tokoh berbagai latar belakang menunjukkan kenegarawanan Presiden Prabowo untuk merangkul dan membangun harmoni serta kebersamaan,” ucapnya.

Dalam pandangan Islam, lanjut Niam, umat dianjurkan mengenang jasa dan kebaikan orang yang telah wafat, terutama mereka yang berjasa besar terhadap kemaslahatan bangsa dan negara.

Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), turut mendukung usulan Kementerian Sosial kepada Dewan Gelar agar menetapkan Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Pahlawan Nasional.

“Bangsa Indonesia perlu belajar dari masa lalu, baik dari kelebihan maupun kekurangannya, untuk membangun masa depan yang lebih berkeadaban,” ujarnya.

Gus Fahrur juga mengutip prinsip penting dalam tradisi Islam, Al-muhafazhah ‘ala al-qadim ash-shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah menjaga yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.

Ia menilai, baik Soeharto maupun Gus Dur telah memiliki peran penting dalam dua fase sejarah bangsa yang berbeda, dan keduanya layak dikenang sebagai tokoh yang berkontribusi besar bagi perjalanan Indonesia.

Comment