Makassar, Netral.co.id – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, kembali mengajak seluruh tokoh agama untuk bergandeng tangan menjaga harmoni sosial melalui semangat moderasi beragama.
Hal ini ia sampaikan saat membuka Konven Pendeta dan Vikaris Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL) di Hotel Sorison, Selasa (29/10/2025), yang dihadiri ratusan pelayan gereja dari berbagai wilayah di Indonesia.
Munafri Arifuddin, menegaskan pentingnya memperkuat nilai toleransi sebagai fondasi kehidupan bermasyarakat.
Acara yang mengusung tema “Bersama Menata Pelayanan GPIL Menuju Gereja yang Erat Bersekutu, Misioner dan Handal”, itu dihadiri para pendeta dan vikaris GPIL dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam sambutannya, Munafri menekankan bahwa para tokoh agama memiliki peran penting dalam menjaga kerukunan dan merawat harmoni sosial.
“Hari ini, kita berkumpul bersama para pendeta dan vikaris GPIL se-Indonesia, yang merupakan ujung tombak dalam mewujudkan nilai toleransi di Kota Makassar,” ujar Munafri.
Munafri menegaskan bahwa Pemerintah Kota Makassar, berkomitmen menciptakan kehidupan sosial yang kondusif dan berkeadilan tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau latar belakang.
“Kita tidak ingin ada lagi persoalan hanya karena pembangunan rumah ibadah. Kita tidak mau konflik muncul hanya karena perbedaan pagar antarumat,” jelasnya.
“Tidak boleh ada diskriminasi jabatan dalam pemerintahan yang didasarkan pada perbedaan agama. Itu tidak boleh terjadi di Makassar,” lanjutanya.
Ia menambahkan bahwa seluruh elemen masyarakat Kota Makassar, harus mengambil peran dalam memperkuat solidaritas lintas iman.
Di luar akidah, semua bersaudara. Dan bisa berjalan bersama, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik.
“Perbedaan keyakinan tidak boleh menjadi alasan untuk memecah belah kita,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Munafri menyampaikan pesan khusus kepada para pendeta, vikaris, dan pimpinan sinode GPIL untuk terus menjadi penyampai pesan kedamaian.
“Karena itu, mari kita menjaga tutur kata agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang dapat memicu konflik,” tuturnya.
Orang nomor kosong satu Kota Makassar itu menekankan, bahwa toleransi bukan hanya slogan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui kerja sama lintas lembaga dan komunitas.
Lanjut dia, nilai toleransi tidak bisa berdiri sendiri. Ini adalah bentuk kolaborasi dan komitmen bersama agar dapat hidup rukun dan damai.
“Kami Pemerintah Kota selalu hadir untuk memastikan hubungan antarumat tetap harmonis,” jelasnya.
Konven GPIL ini diharapkan menjadi momentum memperkuat peran gereja sebagai mitra strategis pemerintah dalam menjaga kerukunan serta membangun masyarakat yang damai dan berkeadaban.
Politisi Golkar itu juga menjelaskan alasan dirinya aktif menghadiri kegiatan keagamaan lintas denominasi dan keyakinan.
“Mengapa saya selalu hadir dalam urusan keagamaan? Karena kita ingin menyatukan visi dan pemahaman bersama tentang toleransi. Ini adalah amanah yang harus terus kita rawat bersama,” tukasnya.
Sedangkan, Ketua Majelis Pekerja Sinode Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL), Pdt. Isbon Nosi, menegaskan kembali komitmen GPIL dalam memperkuat pelayanan gerejawi di tengah dinamika perubahan zaman dan kemajemukan umat.
“Kami ucapkan terima kasih atas kehadiran pak Wali Kota Makassar, bapak Munafri Arifuddin. Selama ini dukungan Pemerintah Kota kepada kami Pendeta dan gereja luar biasa,” katanya.
Lenih lanjut Pdt. Isbon menekankan bahwa kegiatan Konven bukan sekadar agenda rutin, tetapi momentum strategis untuk memperkokoh komitmen pelayanan gereja sesuai visi GPIL sebagaimana diputuskan dalam Sidang Sinode ke-17 di Mandu Basto, Desember 2024.
Menurutnya, Konven ini mengingatkan kembali komitmen kita untuk membawa Gereja Protestan Indonesia Luwu menuju arah yang lebih baik.
“Gereja yang memelihara persekutuan di tengah kemajemukan, memiliki semangat pelayanan, dan tetap kokoh berdiri menghadapi arus perubahan zaman,” ujar Pdt. Isbon.
Pdt. Isbon turut menggambarkan perkembangan pelayanan GPIL yang terus menjangkau berbagai daerah di Indonesia. Saat ini GPIL memiliki 119 jemaat dengan jumlah sekitar 20.000 warga gereja yang tersebar di berbagai wilayah.
GPIL memiliki dua jemaat di Jakarta-Tangerang, dua jemaat dan satu tempat ibadah di Kota Makassar, satu jemaat di Toraja Utara, dan 114 jemaat di wilayah Luwu Raya.
“Pelayanan ini dijalankan oleh 57 pendeta aktif dan 16 vikaris yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan umat,” ungkapnya.
Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pelayan gereja yang tetap setia dan berdedikasi menjalankan panggilan pelayanan.
Lanjut dia, rekan-rekan pendeta, vikaris, penatua, dan diaken adalah pilar yang menopang pelayanan gereja.
Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Isbon menegaskan pentingnya kemandirian gereja dalam menyelenggarakan pelayanan. Menurutnya, dukungan jemaat akan menjadi faktor utama dalam memperkuat gerak pelayanan GPIL ke depan.
Kegiatan Konven ini maupun pelayanan kita ke depan akan lebih banyak mengandalkan dukungan jemaat sebagai upaya menuju gereja yang mandiri.
“Namun, kita tetap terbuka pada dukungan kemitraan selama hal itu sejalan dengan nilai-nilai pelayanan gereja,” jelasnya.
Menutup sambutannya, Pdt. Isbon menyampaikan apresiasi atas kehadiran seluruh peserta Konven dan pihak yang turut mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Atas nama Majelis Pekerja Sinode GPIL, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta Konven, para pendeta, vikaris, dan semua pihak yang memberikan dukungan. Salam hangat kami untuk seluruh jemaat,” pungkasnya.

Comment