Gubernur Dedi Mulyadi Ancam tak Perpanjang Izin Aqua

108b12bf39e6b2d8e83d44de08802466.jpg 720x720q80 copy 640x572

Bandung, Netral.co.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan tidak akan memperpanjang izin pengambilan dan pemanfaatan air tanah perusahaan air minum dalam kemasan Aqua, jika perusahaan tersebut masih menggunakan truk dengan muatan berlebih atau over dimension over loading (ODOL).

Peringatan itu disampaikan Dedi saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik PT Tirta Investama, produsen Aqua, di Kabupaten Subang. Kegiatan sidak tersebut diunggah melalui kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel pada Rabu 22 Oktober 2025 pukul 21.00 WIB.

“Nanti izinnya enggak saya perpanjang loh, izin pengambilan airnya [tidak diperpanjang] kalau mobilnya enggak diganti,” ujar Dedi saat meninjau area pabrik.

Dedi menilai penggunaan truk ODOL oleh perusahaan dapat merusak infrastruktur jalan di sekitar wilayah operasional, sekaligus membahayakan keselamatan warga.

Dalam sidaknya, Dedi meninjau sejumlah truk pengangkut galon air yang terparkir menunggu jadwal distribusi. Ia meminta perwakilan perusahaan menjelaskan total muatan yang diangkut salah satu truk.

Hasil pengecekan menunjukkan satu truk membawa 720 galon. Dengan isi 19 liter per galon, total muatan mencapai 13,68 ton, sementara kapasitas angkut kendaraan tersebut hanya 5 ton.

“Kendaraan cepat rusak, rem cepat rusak, as roda cepat rusak, jalan cepat rusak,” kata Dedi menyesalkan praktik muatan berlebih tersebut.

Dalam momen sidak itu, Dedi juga berdialog dengan salah seorang sopir truk yang diketahui telah lanjut usia. Sopir tersebut mengaku hanya mendapat bayaran Rp 125.000 per hari untuk mengangkut galon air.

Dedi menilai upah tersebut tidak sebanding dengan risiko kerja yang dihadapi para sopir, terutama karena mereka sering kali dikorbankan akibat kebijakan perusahaan.

“Kelipatan [muatan] tidak sebanding dengan kesejahteraan sopir,” ujarnya.

Ia mengaku sering kali mendapat protes dari sopir saat melarang truk ODOL beroperasi, padahal menurutnya para sopir justru merupakan korban dari sistem pengangkutan yang tidak adil.

Comment