Makassar, Netral.co.id – Tokoh muda Sulawesi Selatan, Syahrullah Sanusi, menanggapi maraknya kritik terhadap Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman yang dinilainya kerap tidak berdasar dan cenderung merusak karakter pribadi.
Syahrullah menyebutkan bahwa kritik adalah bagian penting dalam demokrasi, namun harus dilandasi dengan data, fakta, dan niat membangun, bukan sekadar menyerang untuk kepentingan pribadi atau menciptakan sensasi.
“Kita semua butuh kritik sebagai cermin kesadaran etis. Tapi saat ini kritik justru sering menjadi alat untuk meruntuhkan martabat kemanusiaan dan merusak reputasi seseorang,” ujarnya di Makassar, Senin 5 Agustus 2025.
Mengutip pemikir sosial Antonius Benny Susetyo, Syahrullah menggarisbawahi pentingnya membangun ruang demokrasi yang sehat melalui argumen yang berdasar.
“Kesadaran etis adalah dasar dari ruang demokrasi. Kita perlu berdebat, namun juga sadar bahwa setiap ucapan dan tulisan kita harus membangun, bukan menghina,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa kritik terhadap pemerintah sah dilakukan, namun seharusnya bersifat konstruktif dan solutif, bukan merendahkan atau menjatuhkan pemimpin daerah.
Menurut Syahrullah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terbuka terhadap kritik, asalkan disampaikan secara objektif, jujur, dan bertujuan memperkuat jalannya pemerintahan.
“Yang tidak wajar adalah ketika kritik berubah menjadi serangan pribadi, apalagi jika disebarkan tanpa fakta yang kuat. Itu bukan demokrasi, melainkan persekusi opini,” tegasnya.
Syahrullah mengajak masyarakat untuk menjaga iklim demokrasi yang sehat dan menghindari ujaran yang merusak martabat individu.
Menutup pernyataannya, Syahrullah mengutip nasihat dari ulama klasik Fudhail bin Iyadh, yang menyarankan agar doa terbaik ditujukan kepada pemimpin, karena kebaikan seorang pemimpin akan berdampak pada rakyatnya.
“Jika aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku. Karena jika pemimpin baik, maka rakyat dan negara akan ikut baik,” kutipnya.
Comment