Jakarta, Netral.co.id – Analis komunikasi politik Hendri Satrio atau Hensa menilai ada perubahan signifikan dalam sikap dan penampilan Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Hensa, perubahan tersebut mencerminkan kesadaran politik Gibran bahwa masa depannya lebih bergantung pada Presiden Prabowo Subianto dibandingkan ayahnya, Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
“Gibran menyadari posisi dia menjadi cawapres atau tidak nanti di 2029 itu semua akan tergantung dari Prabowo, bukan bapaknya,” kata Hensa kepada wartawan, Selasa (29/7/2025).
Hensa menyoroti perubahan Gibran dari berbagai aspek, termasuk gaya berpakaian yang kini lebih rapi dan formal, serta gaya komunikasi yang semakin menyesuaikan diri dengan citra kepemimpinan Prabowo. Hal itu, menurutnya, merupakan bentuk penyesuaian politik yang bertujuan membangun persepsi kedekatan dan loyalitas terhadap Presiden.
Contoh terbaru terlihat saat Gibran menghadiri Muktamar PP Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) di Pekanbaru, Riau, pada 28 Juli 2025. Dalam kesempatan itu, Gibran memuji Prabowo sebagai sosok pemimpin yang mampu merangkul para pendahulunya. Hensa melihat pernyataan tersebut sebagai bentuk komunikasi simbolik untuk menunjukkan bahwa Gibran bukan sekadar “putra Jokowi”, melainkan anggota kabinet yang mendukung penuh visi dan arah Presiden Prabowo.
“Gibran sedang berusaha membuktikan bahwa ia punya nilai tambah di mata Prabowo. Ini langkah politik dari Gibran untuk memperkuat posisinya sebagai wakil presiden baik sekarang atau nanti,” ujar Hensa.
Lebih lanjut, Hensa juga menyoroti pernyataan Gibran dalam kunjungan kerjanya ke Riau terkait usulan agar wakil presiden berkantor di Ibu Kota Nusantara (IKN) atau bahkan Papua. Gibran menyatakan dirinya siap ditempatkan di mana pun sesuai perintah Prabowo.
“Omongan Gibran yang siap ditempatkan di mana saja menunjukkan dia mulai paham dinamika kekuasaan. Ini cara dia membangun persepsi sebagai wapres yang loyal,” tambah Hensa.
Namun, Hensa mengingatkan bahwa perubahan sikap saja tidak cukup. Gibran perlu menunjukkan kinerja nyata, terutama di mata generasi muda yang menjadi basis pendukungnya.
“Sekali lagi ya, saya garis bawahi, pembuktian seorang Gibran itu bukan ke generasi yang lebih tua, tapi ke anak-anak muda. Karena kalau tidak bisa membuktikan kinerjanya, bisa marah-marah anak muda karena tak akan dipercaya untuk mengemban kepercayaan yang sama dengan Gibran,” tutup Hensa.
Comment