Mentan Amran Sebut Importir dan Negara Asing Tidak Ingin Indonesia Swasembada Pangan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku menerima ancaman dan intimidasi dari pihak-pihak tertentu usai mengungkap praktik kecurangan dalam tata niaga beras nasional. Meski demikian, ia menegaskan tidak akan mundur dalam melawan mafia pangan yang telah merugikan masyarakat selama bertahun-tahun.

Mentan RI, Andi Amran Sulaiman. (Foto: Netral.co.id/F.R)

Jakarta, Netral.co.id – Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman mengungkapkan adanya pihak-pihak yang tidak mendukung upaya Indonesia mencapai swasembada pangan.

Menurutnya, para importir dan sejumlah negara asing merasa dirugikan jika Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri.

“Importir jelas tidak menginginkan kita swasembada, karena mereka sudah lama membangun gudang, jaringan, hingga armada distribusi. Keuntungan mereka bisa turun drastis jika kita tidak lagi mengimpor,” kata Mentan Amran, Minggu 13 Juli 2025.

Ia menambahkan, keuntungan yang bisa diraih para importir dari kegiatan impor bisa mencapai triliunan rupiah hanya dalam hitungan bulan. Namun, potensi tersebut akan hilang bila Indonesia berhasil mandiri dalam hal pangan.

Selain importir dalam negeri, Amran menyebut tekanan juga datang dari luar negeri. Banyak negara tidak menghendaki Indonesia berhenti mengimpor, terutama beras.

“Jika kita berhenti impor hingga 7 juta ton, harga pangan global bisa turun tajam. Itu yang mereka tidak mau,” ujarnya.

Untuk itu, Amran menyampaikan apresiasi kepada para petani, penyuluh, dan kepala dinas pertanian yang telah berkontribusi dalam pengurangan impor.

“Kalian adalah pahlawan pangan. Karena kalian, harga pangan dunia bisa ditekan. Presiden Prabowo pun menyampaikan terima kasih,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto juga menyatakan bahwa ketahanan pangan nasional menunjukkan tren positif. Cadangan beras dan jagung nasional mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah.

“Cadangan pangan kita, baik beras maupun jagung, adalah yang tertinggi dalam sejarah,” ujar Prabowo.

Ia juga menyebutkan bahwa produksi pangan dalam enam bulan pertama 2025 meningkat hingga 40-50 persen.

“Saya optimis Indonesia tak hanya bisa swasembada, tapi juga menjadi lumbung pangan dunia,” tegasnya.

Comment