Jakarata, Netral.co.id — Rencana penghapusan nama Presiden ke-2 RI, Soeharto, dari Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 menuai kritik tajam. Tatak Ujiyati, loyalis Anies Baswedan sekaligus aktivis reformasi.
Tatak, menilai langkah ini sebagai bentuk pelemahan semangat antikorupsi yang dulu menjadi tonggak utama gerakan reformasi.
“Belum juga 30 tahun, para pejuang juga masih hidup, reformasi mulai dikebiri. Orde Baru ditegakkan lagi. Yang dulunya vilain mau dijadikan hero. Suka-suka yang kuasa?” tulisnya dengan nada kritis, melalui akun X pribadi miliknya, @tatakujiyati, Kamis (17/4/2025).
Menurut Tatak, penghapusan nama Soeharto dari Tap MPR bukanlah sekadar tindakan administratif, tetapi mencerminkan adanya upaya pelurusan sejarah versi penguasa.
Ia menganggap hal ini sebagai bentuk penyangkalan terhadap sejarah kelam Orde Baru serta pengaburan nilai-nilai yang diperjuangkan di era reformasi.
Dalam Pasal 4 Tap MPR, nama Soeharto sebelumnya tercantum sebagai simbol peringatan atas praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) di era Orde Baru. Namun, keputusan rapat gabungan pada 23 September 2024 menyepakati bahwa nama Soeharto akan dicabut dari dokumen tersebut.
Penghapusan ini disebut-sebut sebagai langkah awal untuk membuka jalan agar Soeharto bisa diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, ia menyebut bahwa reformasi yang diperjuangkan sejak 1998 kini mulai kehilangan arah.
Comment