Cerita Diskriminatif dan Pungli Penonton MotoGP di Sirkuit Mandalika

Sirkuit Mandalika Lombok NTB

Tampak Bukit-bukit di Sirkuit Mandalika Lombok NTB. Foto Media Indonesia

NETRAL.CO.ID, – Animo masyarakat Indonesia khususnya kepada olahraga motoGP harusnya terobati dengan adanya sirkuit Mandalika di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).

Namun, itu hanyalah sebuah angan-angan bagi yang belum mampu memiliki tiket masuk di sirkuit Mandalika Indonesia.

Pasalnya, kebanyakan masyarakat hanya menonton dari bukit-bukit disekitar area sirkuit Mandalika.

Diskriminatif terhadap penonton motoGP memanas setelah keluar statement dari Komandan motoGP Mandalika, Marsekal Purn Hadi Tjhajanto menyebutkan ada tiga bukit yang kerap di jadikan lokasi menonton motoGP.

“Di antaranya ada bukit Jokowi, meresek dan juburan. Namun petugas akan tetap berjaga di lokasi,” kata Hadi Tjhajanto

“Mau nonton di bukit nggak apa-apa. Tapi kami siapkan petugas keamanan. Silakan kalau mau nonton, keselamatan akan kami jaga,” lanjutnya.

Dimana ada perbedaan antara penonton lokal atau warga NTB dengan penonton dari domestik maupun mancanegara.

“Pastikan yang menonton di atas bukit adalah warga lokal (NTB). Warga dari luar NTB pasti membeli tiket,” tegasnya.

Namun, bagi warga yang benar-benar tinggal di kawasan mandalika akan di berikan akses khusus.

“Pihak keamanan tidak mungkin melarang mereka keluar masuk mandalika,” tutup Hadi Tjhajanto.

Statement tersebut mengundang reaksi dari netizen akun facebook milik Natiaraiskan mengaku memang akan ada petugas yang memakai seragam preman dan meminta pungutan liar (Pungli).

“Nanti akan ada petugas yang berpakaian preman yang akan menarik retribusi (Pungli), kalau nggak mau bayar ya di usir,” beber Natiara Iskan.

Komentar lain hadir dari pemilik akun facebook Ora Et Labora menyoroti soal kerumunan massa atau penonton motoGP di sirkuit Mandalika NTB.

“Berarti kerumunan bisa yah. Corona, Omicron tidak lagi berlaku di beberapa bukit yang bapak (Hadi Tjhajanto) sebut,” ungkapnya.

Comment